as
as

Russia Simulasikan Perang Skala Besar terhadap NATO

zapad 1

Koreri.com (9/1) – Latihan perang yang dilakukan Russia pada September tahun lalu “dilakukan dengan menargetkan serangan skala besar terhadap NATO,” kata Komandan Pertahanan Estonia.

Riho Terras membenarkan kekuatiran NATO bahwa latihan yang diberi nama Zapad (Barat) tersebut ditujukan untuk melakukan simulasi dalam sebuah konflik terhadap aliansi yang dipimpin Amerika itu dan memamerkan kemampuan Russia untuk menurunkan prajurit dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat apabila terjadi konflik dengan NATO.

Zapad dilakukan pada 14 hingga 20 September 2017 di Belarusia, wilayah Laut Baltik, bagian barat dari Russia dan juga Kaliningrad, yang menggambarkan sebuah skenario yang didesain secara fiktif sehubungan dengan serangan militant, sesuai informasi yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Russia.

Tetapi dalam sebuah wawancara yang dilakukan dengan media berita ternama Jerman, Bild, Terras mengatakan, “biarkan saya jelaskan disini, Zapad 2017 yang dilakukan oleh Russia adalah merupakan sebuah simulasi serangan skala besar terhadap NATO.

“Latihan itu tidak hanya menargetkan negara-negara Baltik tetapi juga menjangkau wilayah utara terjauh sampai ke Laut Hitam”.

Terras juga menambahkan, “skala dan jangkauan keseluruhan latihan itu lebih besar dari yang diumumkan secara resmi.”

Bukan hanya latihan yang sifatnya bertahan seperti yang diklaim Russia, Zapad digunakan untuk mensimulasikan perang konvensional skala besar terhadap NATO di Eropa,” seperti yang dilaporkan Media Bild, mengutip pernyataan seorang analis Intelijen Barat.

Menurut informasi yang diterima, jumlah prajurit yang terlibat di latihan itu jauh lebih besar dibandingkan pernyataan Kementerian Pertahanan Russia yakni, 12.700 prajurit.

Sejumlah 12.000 prajurit Russia lainnya juga mengambil bagian dalam latihan Zapad di sekitar perbatasan Estonia dan lebih dari 10.000 prajurit berada di wilayah utara yang berdekatan dengan Finlandia dan Norwegia.

Berdasarkan dokumen Vienna, sebuah perjanjian pada era Perang Dingin yang mengatur tentang latihan militer, bahwa latihan perang yang melibatkan lebih dari 13.000 prajurit harus terbuka bagi pengamat yang diberi kesempatan untuk terbang di atas para prajurit yang sedang melakukan latihan dan juga berbicara kepada mereka.

NATO mengirimkan seorang orang ahli ke Russia dan dua orang lainnya ke Belarusia dalam kunjungan khusus.

Analis intelijen juga mengatakan kepada Media Bild bahwa latihan itu ditujukan sebagai sebuah simulasi serangan kejut bukan hanya terhadap negara-negara yang tergabung dalam NATO seperti Jerman, Belanda, tetapi juga Polandia, dan beberapa negara bukan anggota NATO seperti Swedia dan Finlandia.

Simulasi itu mempraktekan bagaimana menyerbu dan mengambil alih pangkalan udara dan pangkalan angkatan laut di negara-negara Baltik dan juga mempraktekan bagaimana cara membombardir infrastruktur penting seperti lapangan terbang, pelabuhan angkatan laut, dan juga pasokan energy di Eropa Barat.

“Jumlah prajurit yang mengikuti latihan perang itu sangat signifikan dan melampaui jumlah yang diberitakan secara resmi sebelum latihan perang, dan skenarionya juga sangat berbeda termasuk juga ruang lingkup geografinya yang mencakup wilayah yang sangat luas dibanding yang telah diumumkan,” jelas Sekertaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.

ARD
Sumber: independent.co.uk

as