Koreri.com (14/1) – Ben DuPree menghabiskan perayaan ulang tahun putrinya di pagi hari dengan bersembunyi di dalam ‘bathtub (bak mandi berendam)’ di Kailua, Hawaii, untuk mengantisipasi serangan misil yang ditembak dari Korea Utara.
Sama halnya dengan semua orang yang berada di Hawaii, DuPree mengatakan bahwa Ia sangat ketakukan ketika pada Sabtu pagi menerima pesan peringatan dalam teleponnya yang memberi peringatan adanya serangan misil nuklir.
“Saya menerima pesan di telepon istri saya dan saat itu juga saya menyuruh kita semua masuk ke dalam ‘bathtub’,” kata DuPree, seorang warga Portland, Oregon yang sedang mengungjungi keluarganya di Oahu, Hawaii.
Keluarganya tetap bersembunyi di dalam ‘bathtub’ selama sekitar 20 menit, sambil mencari informasi akurat terkait pesan serangan nuklir itu melalui facebook.
Sampai akhirnya Ia menemukan informasi yang benar dari Sistem Manjemen Keadaan Darurat Hawaii yang memberikan informasi akurat terkait beredarnya pesan serangan misil yang diterima warga Hawaii.
Kejadian yang dialami oleh DuPree juga dialami oleh masyarakat dan turis di seluruh wilayah Hawaii yang berusaha mendapat kepastian mengenai serangan rudal itu pada Sabtu.
Pengumuman resmi akhirnya dikeluarkan dan menegaskan bahwa pengiriman pesan serangan misil ke Hawaii terjadi karena kesalahan yang secara tidak sengaja dilakukan.
Kepanikan warga Hawaii memenuhi Media Sosial Twitter dan membangkitkan kekuatiran di seluruh Negara Bagian lain Amerika Serikat.
“Bingung dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Sirene meraung-raung,” status Twitter Emily Batty, seorang atlit olimpiade asal Kanada, yang mengatakan bahwa Ia menerima pesan tersebut ketika hendak melakukan latihan di pagi hari.
Jonathan Dworkin, seorang dokter yang tinggal di Honolulu juga menulis “keluarganya sedang bersembunyi dalam ruang bawah Tanah.” pada status Twitter-nya ketika kepanikan terjadi.
Dalam pesan yang dikirim melalui Twitter beberapa waktu kemudian, Dworkin mengatakan kepada NBC, awalnya Ia bingung dengan peringatan itu karena hanya menerima pesan tersebut di salah satu teleponnya.
Dan walaupun area sekitar tempat tinggalnya terlihat sangat tenang dan tak terdengar adanya bunyi sirene peringatan, Ia tetap memutuskan untuk bersembunyi di ruang bawah Tanah rumahnya.
Anaknya yang berusia 9 tahun sempat bertanya mengenai situasi yang terjadi sementara si kecil yang berusia 4 tahun tetap tenang.
“Kami melihat pencabutan peringatan adanya serangan nuklir pertama kali ketika membaca pesan Twitter dari Tulsi Gabbard, dan 26 menit setelahnya sebuah pesan resmi pembatalan yang dikirimkan pemerintah lewat telepon diterima keluarganya,” ujarnya
Dworkin mengatakan walau beberapa latihan situasi keadaan darurat untuk mengantisipasi serangan nuklir di Hawaii telah dilakukan, Ia masih merasa belum benar-benar memahami cara menghadapi situasi tersebut.
“Saya tidak terlalu yakin bagaimana masyarakat melakukan persiapan menghadapi keadaan darurat dalam situasi seperti ini karena terlihat sangat tidak meyakinkan,” jelasnya.
DuPree juga mengatakan ketegangan yang terjadi pada Sabtu menunjukan betapa perlunya sebuah solusi diplomatik akibat adanya ketegangan dengan Korea Utara.
“Ketika pemimpin Korea Utara dan Presiden Trump saling menggertak terkait seberapa besar ukuran tombol nuklir negara masing-masing, hal itu kelihatannya seperti sesuatu yang biasa, namun bagi orang-orang yang hidupnya dalam bahaya, hal itu nyata,” katanya.
ARD
Sumber: nbcnews.com