Koreri.com – Amerika Serikat (AS) dan Inggris baru saja menyelesaikan latihan perang selama 6 hari di Laut China Selatan, Rabu (16/1) sebagai sebuah aksi terhadap Beijing yang secara sepihak mengklaim Laut China Selatan sebagai bagian dari negara itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu, Militer AS mengumumkan kapal Perang USS McCampbell dan Kapal frigat milik Kerajaan Inggris, HMS Argyll melakukan latihan perang di Laut China Selatan sejak 11 Januari hingga 16 Januari 2019.
Menurut AS, kedua kapal perang itu melakukan latihan yang menitik-beratkan pada komunikasi perang, divisi taktik dan pertukaran prajurit selama latihan tersebut untuk membangun hubungan operasi antara militer kedua negara.
“Kerja sama yang sangat profesional antara rekan angkatan laut dari Inggris memberikan sebuah kesempatan bagi kami untuk membangun hubungan yang kuat dan berbagi ilmu satu sama lainnya,” jelas komodor AS, Allison Christy dalam rilis yang diterbitkan sembari menambahkan bahwa latihan ini merupakan sebuah kesempatan yang jarang dilakukan oleh kedua negara.
Inggris akhir-akhir ini mulai meningkatkan kehadiran militernya di Laut China Selatan.
Sementara AS secara teratur melakukan operasi Freedom of Navigation (FONOP) di perairan internasional itu untuk menegaskan bahwa semua negara memiliki hak untuk melintasi perairan itu berdasarkan ketentuan hukum internasional.
Sekertaris Pertahanan Inggris Gavin Williamson bahkan mengusulkan didirikannya basis militer Inggris di wilayah Asia dalam sebuah wawancara dengan media Sunday Telegraph yang dilakukan awal tahun ini.
Pemerintah China sepertinya akan secara hati-hati mengamati isu kehadiran militer Inggris di wilayah Asia terutama Laut China Selatan, mengingat sejarah kelam masa lalu China yang melibatkan Inggris.
Menurut rilis yang diterbitkan, HMS Argyll dikerahkan ke Laut China Selatan untuk menjaga keamanan dan stabilitas regional wilayah itu.
Kedua negara, AS dan Inggris pada Desember 2018 juga melakukan latihan perang anti kapal selam dengan militer Jepang di Laut yang disengketakan tersebut.
Ketegangan mulai kembali meningkat di Laut China Selatan beberapa tahun terakhir setelah pelantikan Presiden AS, Donald Trump pada Januari 2017.
Setidaknya, sebanyak 5 negara mengkaim Laut China selatan sebagai bagian dari negaranya, namun Beijing telah memaksakan klaimnya terhadap beberapa wilayah di perairan itu bahkan melakukan militerisasi beberapa pulau buatan dengan landas pacu dan misil.
Berita terkait latihan ini muncul kurang dari seminggu setelah Beijing bereaksi secara keras atas operasi yang dilakukan oleh USS McCampbell dengan melintasi Kepulauan Paracel yang diklaim China, kurang dari 12 mil laut.
Menteri Luar Negeri negara itu memprotes keras tindakan AS yang melalui perairan yang diklaim itu.
Pada 8 Januari, media China CCTV mengumumkan ke publik bahwa militernya telah mengerahkan misil balistik DF-26 yang mampu menyasar kapal perang termasuk kapal induk ke wilayah dataran tinggi di Barat Laut negara itu.
ARD
Sumber: edition.cnn.com | Ben Westcott