Koreri.com – Sebuah lembaga anti korupsi di Vanuatu mengatakan komisioner publik negara itu telah menyalah gunakan kekuasaan pada saat tuduhan lain terkait korupsi baginya sedang diinvestigasi.
Komisioner Murielle Meltenoven, seperti dilansir dari Radio NZ adalah salah satu dari dua orang yang pada pekan lalu mendesak diterapkannya tuntutan kriminal terhadap mereka yang terbukti mengatakan bahwa proses perektrutannya tidak dilakukan sesuai aturan yang berlaku.
Meltenoven, yang berjanji bahwa kantornya tidak akan menoleransi korupsi, melaporkan tiga orang penuduhnya ke Kantor Kepolisian Port Vila, Senin (18/2).
Salah seorang penuduh, Andriana Thomas dari Women Against Crime and Coruption, mengatakan bahwa mereka telah diwawancarai oleh sebuah panel yang juga dihadiri oleh Meltenoven.
“Ini adalah sebuah penyalah-gunaan kekuasaan, karena bukan merupakan tanggung-jawabnya membuat sebuah panel. Seharusnya hal itu menjadi tanggung-jawab kepolisian untuk melakukan interview tersebut.”
Pada Jumat pagi (15/2), Dokter Thomas dan beberapa rekannya, Antoine Malsungai dan Joseph Alick kembali dipanggil oleh kepolisian setempat untuk didengar keterangannya, menindak lanjuti keluhan mereka terkait proses perekrutan oleh komisi pelayanan publik yang menyalahi aturan.
Women Against Crime and Corruption secara terpisah juga menuduh Ketua Komisi, Martin Mahe, telah memerintahkan peretasan di ruang obrolan akun grup lembaga tersebut, namun telah disangkal oleh Mahe.
Mahe, Meltenoven dan pasangan mereka telah melaporkan balik tuduhan itu ke kantor kepolisian setempat sebagai tindakan pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan oleh setidaknya lima orang, termasuk dokter Thomas, Malsungai dan Alick.
ARD