Koreri.com, Ambon (29/9) – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail bersama sejumlah aktivis dan pengurus organisasi perempuan menuju lokasi terdampak gempa untuk memberikan bantuan.
Bantuan yang sifatnya emergensi yang diberikan, terdiri atas paket rentan lansia, paket rentan dewasa, dan paket rentan anak-anak. Masing-masing paket terdiri dari selimut, pakaian dalam, pakaian, kaus kaki, dan peralatan mandi.
Selain itu, sejumlah paket makanan siap santap (makanan kotak) dan air mineral dalam kemasan, serta makanan tambahan untuk anak berupa susu dan biskuit.
“Saya merasa berduka, prihatin dan sedihnya luar biasa karena ini musibah kita semua, yang tentu saja masyarakat Maluku tidak harapkan,” ujarnya di Ambon, Sabtu (28/9).
Widya mengaku sedih karena saat bencana gempa terjadi, lagi mengikuti Jambore Nasional Kader PKK di Jakarta. Bahkan sang suami, Murad Ismail yang ketika itu juga ada urusan dinas di Jakarta, langsung balik ke Ambon.
“Saat mendengar info ada gempa, saya shok, kaget dan sedih. Saya lagi ikut kegiatan di Jakarta, mood saya sudah hilang. Sudah tidak konsern lagi,” katanya.
Dia bahagia karena sudah berada di Ambon untuk bisa membantu korban gempa. Bersamanya, istri Wakil Gubernur Maluku yang juga Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Beatrix Orno, beserta sekitar 20 aktivis perempuan dari organisasi Fatayat NU, Wanita Islam, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Perempuan GPM (Gereja Protestan Maluku), dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).
Berdasarkan pantauan, rombongan Widya Murad Ismail bergerak menuju arah timur Pulau Ambon, tepatnya di lokasi pengungsian kampus Universitas Darussalam, Tulehu. Di kamp ini, Widya meninjau Posko Kesehatan dan berbincang langsung dengan pengungsi lansia yang sakit. Bantuan paket emergensi dan makanan siap saji pun dia berikan kepada para pengungsi dan korban di tempat itu.
Widya juga memberikan semangat kepada para dokter dan petugas medis yang bekerja siang dan malam di Posko Kesehatan.
“Bapak ibu telah melakukan tugas mulia, karena kalian bekerja untuk kemanusiaan. Saya hanya ingin mengingatkan, agar kalian juga tetap menjaga kesehatan kalian,” pintanya.
Namun air mata haru Widya tak mampu dibendung. Saat dia menemui Hasan, dan mendengar kisah pilu, bocah 3 tahun itu. Hasan adalah bocah asal Negeri Tenga-Tenga, Kecamatan Salahutu, yang ditinggal pergi kakek dan neneknya saat mereka tertimbun longsor. Sang kakek yang berusaha menyelamatkan nyawa Hasan, tidak tertolong.
Hasan yang orang tuanya telah berpisah itu, harus kehilangan kedua orang yang telah mengasuhnya sejak bayi. Dengan isak tangis, Widya menyuapi makanan buat Hasan. Tindakan spontannya itu mengundang haru seisi tenda darurat, tempat dimana Hasan dirawat.
Rombongan yang dipimpin Widya pun berpindah ke desa Waai. Lebih dari separuh warga desa ini memilih mengungsi di daerah ketinggian. Mereka membangun tenda-tenda darurat seadanya di sepanjang jalan menuju lokasi wisata Rumah Pohon
Menunjukkan simpatinya kepada para pengungsi, Widya pun berbincang dan menanyakan kondisi mereka. Ia meminta agar warga tidak panik, dan tetap bersabar.
“Apa yang terjadi ini, Tuhan Yang Maha Kuasa sudah mengatur semuanya. Saya harap saudara-saudara tetap tabah,” harapnya.
Dari Waai, rombongan ini kemudian balik ke Ambon menuju RSUD dr. Haulussy. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Ambon, Debby Louhenapessy, beserta rombongan pun bergabung di sana.
Rombongan itu juga membawa bantuan untuk pasien yang sementara dirawat. Di rumah sakit yang berlokasi di kawasan Kudamati itu, Widya mengunjungi tenda darurat yang sengaja dibangun untuk tempat rawat inap para pasien. (MP-RR)