Koreri.com – Gereja Katolik Papua New Guinea (PNG) meminta Perdana Menterinya yang sedang mengunjungi Selandia Baru untuk berbicara mengenai nasib para pengungsi yang saat ini berada di Pulau Manus.
James Marape tiba di Selandia Baru hari ini dalam rangkaian kunjungan diplomatik selama empat hari, seperti dilansir dari RNZ.
Sekretaris Jenderal Catholic Bishops Conference PNG, Giorgio Licini mengirim sebuah surat kepada Marape pada Januari lalu dan mengingatkan terkait tawaran Selandia Baru untuk merelokasi 150 pengungsi dari PNG dan Nauru setiap tahunnya.
Penawaran Selandia Baru diberikan kepada pemerintah Australia pada 2013 oleh Perdana Menteri John Key pada masa itu dan kemudian dipertegas kembali oleh pemerintah Jacinda Ardern.
Seperti diketahui, pemerintah Australia menolak tawaran yang diberikan pemerintah Selandia Baru dengan alasan bahwa penawaran tersebut bisa meningkatkan aktifitas para pelaku penyelundupan manusia dan membuka celah bagi pengungsi untuk memasuki Australia.
Giorgio menyarankan Marape agar tidak malu untuk mendiskusikan opininya terkait para pengungsi dengan perdana menteri negara yang bertetangga dengan Australia itu karena bisa berdampak positif bagi para pengungsi yang frustasi dengan keadaan mereka selama tujuh tahun tanpa kepastian dan terkukung kebebasannya.
Saat ini terdapat sekitar 200 pengungsi yang masih berada di PNG dan sekitar 100 orang sepertinya akan ditolak masuk ke Amerika Serikat dengan jumlah yang sama akan tetap berada di Nauru, ujar Giorgio.
Pada Juli 2016, pemerintah Australia mendeklarasikan semua pengungsi yang menuju Australia akan tetap ditolak masuk Australia sehingga membuat sekitar 3.127 orang pengungsi tertahan di Nauru dan Pulau Manus.
Kantor Pengacara International Criminal Court menggambarkan bahwa lokasi penahanan para pengungsi di PNG dan Nauru sangat tidak manusiawi dan tidak sah secara hukum internasional.
DJR
Sumber: rnz.co.nz