Protes Keras, Pagawak Minta Presiden Tinjau SK Penetapan Sekda Papua

Ricky Ham Pagawak

Koreri.com, Jayapura – Panitia Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya (JPTM) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Papua, sebelumnya telah mengumumkan tiga calon Sekda Papua yang dinyatakan lulus.

Masing-masing REG-101-001-0003 atas nama Doren Wakerkwa, SH dengan nilai 74.99, REG-101-001-0004 atas nama Drs. Wasuok  Demianus Siep dengan nilai 67.49 dan REG-101-001-0005 atas nama Dance Yulian Flassy, SE, MSi dengan nilai 67.30.

Menariknya, Dance Yulian Flassy, SE, MSi yang berada pada urutan buncit malah ditetapkan sebagai Sekda Provinsi Papua defenitif.

Penetapan berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor: 159/TPA tahun 2020. Penetapan surat keputusan yang dikeluarkan pada 23 September 2020 itu, ditandatangani Farid Utomo  selaku Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Kabinet, Presiden RI.

Meski demikian, Keppres Nomor: 159/TPA tahun 2020 tentang penetapan Sekda Papua ini menunai protes keras dari Wakil Ketua Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Ricky Ham Pagawak.

Pagawak atas nama Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah kurang lebih 9 kabupaten  atau Bupati di wilayah adat La Pago meminta dengan tegas kepada Presiden Joko Widodo melalui Mendagri, untuk mengkaji ulang sekaligus menjelaskan tentang kriteria atau syarat pengangkatan Sekda.

“Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah dan juga masyarakat di wilayah adat La Pago mempertanyakan kenapa calon Sekda Papua urutan ketiga bisa diangkat,” tanyanya ketika dikonfirmasi di Swiss Bel Hotel Papua, Jayapura, Selasa (03/11/2020) malam.

Sedangkan Doren Wakerkwa sebagai salah satu putra terbaik Papua yang saat ini Penjabat Sekda Papua tak ditetapkan dalam Kepres.

“Pak Doren sudah memenuhi syarat, sehingga kita minta Pemerintah pusat menghargai apa yang sudah dilakukan tim seleksi sampai tahap akhir. Harapan seluruh masyarakat Papua, Sekda adalah Doren Wakerkwa,” cetusnya.

Bupati Mamberamo Tengah dua periode ini juga mengharapkan Presiden dan juga Mendagri memberikan pendidikan politik, lebih khusus dalam birokrasi dan aparatur yang baik kepada orang Papua.

“Kami ini mau belajar. Kalau kami diajarkan dengan cara dan yang tak sesuai yang kita harapkan bagaimana orang Papua akan maju. Bagaimana orang Papua ini bisa merasa bahwa kami orang Indonesia, kalau cara penilaian seperti begini,” sesalnya.

Menurut Pagawak, kalau memang seperti begini keputusannya maka tak perlu dilakukan tes atau seleksi calon Sekda Papua.

“Silakan tunjuk sudah, kau mau tunjuk siapa, silakan negara kau tunjuk. Atau mungkin negara menilai Pak Doren dalam tanda kutip mungkin OPM atau siapa mohon dijelaskan. Kalau itu yang terjadi jangan mengadu domba antara orang Papua,” sindirnya.

“Orang asli Papua kita pu orang Papua ada dua, ada provinsi Papua dan Papua Barat. Saya juga minta kepada teman-teman dari Papua Barat silakan anda jadi Sekda di kau punya kampung tak usah datang di kita pu kampung,” tegasnya.

Pagawak juga mengingatkan, apabila terjadi pelantikan Sekda Papua definitif, maka ia yakin keputusan ini akan mengundang masalah.

Karena itu, ia mohon pelantikan Sekda tak boleh dilaksanakan di Papua.

“Masyarakat kami melihat proses seleksi secara terbukakan bukan diam-diam. Kalau mungkin tiga calon Sekda ini diam-diam terus nilainya kita tak ketahui dan diputuskan oleh Presiden ya kita terima. Tapi ini kan jelas semuanya,” tegasnya.

SEO

Exit mobile version