Koreri.com, Manokwari – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Papua (UNIPA), melakukan terobosan di tengah meningkatnya harga serta sulitnya pelaku usaha produksi di Manokwari, Papua Barat untuk mengakses bahan bakar minyak solar bersubsidi.
Upaya tersebut dilakukan melalui pembuatan dan penerapan teknologi produksi biodiesel dari minyak jelantah yang melibatkan 3 peneliti.
Hasilnya kemudian diterapkan di tengah masyarakat Kampung Mokwam, Distrik Masni, sebuah wilayah yang berada di bibir Pasifik dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dari pusat kota.
“Melalui terobosan ini kami juga berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat lewat pelatihan dan pendampingan. Fokusnya tentang cara produksi biodiesel yang baik dan benar serta berkualitas agar sesuai standar SNI biodiesel,” jelas salah satu tim peneliti, Wilson Palelingan Aman, STP., M.Si, kepada wartawan, Selasa (19/12/2023) di Manokwari.
Di sisi lain, kata dia, pola ini mengubah cara pandang masyarakat.
“Selama ini minyak goreng bekas atau jelantah hanya dianggap limbah. Padahal dapat diolah menjadi biodiesel pengganti solar,” sambungnya.
Peranan masyarakat dalam hal ini adalah menerapkan teknologi produksi yang dikembangkan di Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Papua.
Kapasitas produksi biodiesel dari kegiatan ini sebanyak 16 Liter minyak jelantah per proses. Dari jumlah tersebut dapat diperoleh sekitar 10 liter biodiesel dengan waktu per proses sekitar 3 Jam.
Selanjutnya Biodiesel yang dihasilkan dianalisis dan diuji coba pada mesin diesel yang digunakan oleh masyarakat setempat.
Menurut Wilson, keberhasilan penerapan di Mokwam, dapat menjadi contoh dan direplikasi di daerah-daerah lain di Manokwari.
Apalagi dampak yang dapat diperoleh pelaku UMKM adalah meningkatnya kapasitas produksi, serta mampu menekan biaya produksi melalui subtitusi bahan bakar.
“Masalah dampak lingkungan dari limbah minyak goreng juga teratasi,” pungkasnya.
RLS