Pengelolaan Data Statistik Jadi Modal Utama Perencanaan Pembangunan PBD

Kominfo PBD pengelolaan data

Koreri.com, Sorong – Untuk meningkatkan pengelolaan data, Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Papua Barat Daya (PBD) menggelar kegiatan Pembinaan Pengelolaan Data Statistik Sektoral Bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Penyerahan VSAT Mobile di 4 Kabupaten, yang berlangsung di Hotel Swissbel Sorong, Kamis (15/8/2024).

Kegiatan ini dihadiri Kepala BPS Papua Barat Daya Merry dan peserta berasal dari masing-masing OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi PBD.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Papua Barat Daya Irma Riyani Soelaiman mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi dan apresiasi masyarakat terhadap data statistik sektoral di lingkungan Pemerintah setempat.

“Data adalah modal utama dalam pencapaian keberhasilan perencanaan sebuah pekerjaan atau pembangunan. Baik itu di instansi pemerintah atau birokrasi maupun swasta,” ungkapnya.

Menurut Irma, data tersebut berasal dari setiap OPD di masing-masing kabupaten/kota, yang mendukung bagaimana jalannya perkembangan pembangunan di provinsi yang baru berusia 1 tahun 8 bulan ini.

“Kami (Kominfo) adalah corong Pemerintah. Berdasarkan Perpres Nomor 39 tahun 2019 menyatakan bahwa Kominfo adalah wali data. Oleh karena itu, nanti kami akan punya korum satu data, Pergubnya pun sudah jadi draftnya. Dimana semua OPD nanti akan terlibat baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota,” ujarnya.

Data sektoral yang akan dibuat, sambung Irma, akan menjadi pedoman kepala daerah dalam membuat dan memutuskan suatu kebijakan.

“Sedangkan data yang masuk di Bappeda akan dijadikan bahan evaluasi pembangunan yang ada, kemudian nanti dibuat suatu perencanaan,” imbuhnya.

Pj Gubernur Mohammad Musa’ad yang diwakili Asisten 3 Bidang Administrasi Umum Setda PBD Atika Rafika mengatakan, di Pemprov PBD banyak sekali program yang dicanangkan Pj Gubernur dan itu basicnya adalah data.

Contohnya program PAITUA, yang memberikan bantuan kepada para orangtua usia 65 tahun keatas.

Masalah data, kata dia, menjadi salah satu kendala Pemprov PBD dalam menjalankan program tersebut. Buktinya hasil evaluasi tahun kemarin, program PAITUA masih belum maksimal berjalan yakni baru 20 persen tersalurkan.

“Ini terjadi karena Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya tidak punya data jumlah orangtua yang berusia 65 tahun keatas. Padahal uang ada, tapi karena tidak ada data yang valid, maka program tersebut tidak berjalan dengan baik,” bebernya.

Menurut Atika, data adalah jenis kekayaan baru. Karena data yang valid, merupakan kunci utama kesuksesan.

Sinkronisasi data antara Pemprov PBD dan BPS, sambungnya, terutama menyangkut mekanisme perolehan data, konsepsi tentang data yang disusun, hingga metode tabulasi dan pengelolaan data yang sesuai prinsip statistik, perlu disamakan untuk menyusun satu data Indonesia.

Sementara itu, Kepala BPS Papua Barat Merry mengatakan, data adalah kekayaan yang baru setelah minyak. Dimana dalam merencanakan sesuatu khususnya di Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota perlu memakai data.

“Tentu data yang dipakai adalah data yang berkualitas,” ungkapnya.

Lanjut Merry, sebagaimana amanah dari Undang-undang Statistik Nomor 16 Tahun 1997 bahwa ada tiga statistik yaitu statistik dasar yang diproduksi oleh BPS melalui sensus dan survei.

Kemudian statistik sektoral yang diproduksi oleh OPD-OPD sektoral yang ada di Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya serta Kabupaten/Kota yang ada di Papua Barat Daya.

Merry juga menyampaikan, terkait satu data Indonesia tidak akan terwujud jikalau tidak ada sinergi dan kolaborasi antara BPS dengan Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang ada di PBD.

Lanjut dia, kondisi saat ini mengenai penyelenggaraan data pemerintah, ada keberagaman data dan metodologi pendataan yang belum terstandar. Lalu ada duplikasi dan minimnya keterpaduan data pemerintah yang berdampak kepada efektivitas anggaran dari pemerintah, serta ada ego sektoral dalam penyelenggaraan data serta keengganan berbagi pakai data.

“Kadang-kadang dari OPD itu datanya tidak mau diserahkan ke OPD yang lain. Karena itu tadi ada ego sektoral. Padahal untuk mencapai pembangunan yang berkualitas, kita perlu didukung dengan data yang berkualitas dan terintegrasi,” tandasnya.

Oleh karena itu, kata Kepala BPS Papua Barat, perlu dilakukan pembinaan statistik sektoral demi mewujudkan satu data Indonesia.

“Harapannya dari kegiatan ini nanti bapak dan ibu di OPD-OPD yang akan dilatih dalam memproduksi data yang ada di OPD masing-masing, bisa paham terkait dengan konsep metodologi yang akan disampaikan nanti,” pungkasnya.

RLS

Exit mobile version