Koreri.com, Ambon – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 yang berlokasi di Desa Hative Besar, Kecamatan Teluk Ambon siap menampung para siswa lulusan SMP/Sederajat di Maluku tanpa sistem zonasi.
Kebijakan itu diberlakukan setelah tidak tercapainya target 200 lebih siswa yang mendaftar di sekolah tersebut.
“Untuk tahun ini sebenarnya target kita itu 200 lebih siswa, tapi yang mendaftar di SMK Negeri 2 Ambon itu dibawa 200 siswa. Total yang mendaftar sebanyak 177 siswa, ini kurang dari kapasitas yang kita minta,” ungkap Wakasek Bidang Kesiswaan Rajab Syukur, S.Pd kepada media ini saat ditemui diruang kerjanya, Jumat (16/8/2024).
Dia mengaku pengaruh ini bukan hanya terjadi di SMKN 2 Ambon saja.
“Tetapi ini terjadi juga pada beberapa sekolah yang ada di daerah ini,” akuinya.
“Jadi di SMKN 2 Ambon ini ada 4 jurusan dan itu dibagi 177 siswa. Jadi satu jurusan ada yang 20 lebih sementara target kita satu kelas itu 30 siswa tapi tidak mencapai target maka kita ikut saja,” lanjut Rajab.
SMKN 2 Ambon, lanjut Rajab, memiliki ruang belajar yang cukup banyak dan memadai guna menampung para siswa untuk belajar di sekolah ini.
“Maka kami di SMK Negeri 2 Ambon ini tidak memberlakukan sistem sekolah pagi atau siang, tapi sekolah seperti biasa saja, masuk pukul 07.30 Wit dan pulang pukul 16.00 Wit,” terang dia.
Rajab menjelaskan pula jika siswa yang masuk di SMK Negeri 2 Ambon ini sesuai dengan minat dan bakat mereka ke masing-masing jurusan.
“Jadi menurut saya tidak ada pengaruh dan itu dari animo masyarakat untuk kasih sekolah anak mereka di sekolah SMKN 2 Ambon,” sambungnya.
Rajab juga merincikan dominasi lulusan SMP yang memilih masuk SMKN 2 Ambon.
“Kalau soal dominan SMP yang masuk SMK 2 Ambon ini banyak dari SMPN 7 Ambon, SMPN 15 Ambon, SMP LKMD, SMP Laha, SMPN 2 Ambon dan masih banyak lagi yang tertarik masuk di SMKN 2 Ambon,” rincinya.
Rajab juga menambahkan terkai pengadaan seragam sekolah.
“Kalau soal seragam bagi siswa tahun 2024-2025 dan dari tahun ke tahun kita kerja sama dengan took. dan kita SMK inikan beda dengan SMA karena pakaian jurusan. Jadi ada pakaian khusus masing-masing jurusan juga tidak sama dan warna beda-beda,” tambahnya.
Rajab mengakui jika selama ini, pihaknya selalu mencari solusi terbaik untuk masalah pengadaan pakaian dan tidak pernah ada masalah dengan para orang tua murid.
“Dan kita juga selalu kerja sama dengan komite sekolah soal siswa baru baik dari pendaftaran mereka sampai di pakaian seragam. Kami tidak mau ada masalah dulu baru kemudian libatkan komite maupun orang tua, tapi kita pihak sekolah selalu bangun komitmen itu,” pungkasnya.
JFL