Koreri.com, Banda Aceh – Pejudo Papua Barat Daya Moses Manuputty berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa dengan berhasil meraih medali perunggu usai menumbangkan lawanya dari Provinsi Lampung,
Atlet 16 tahun ini sebelumnya lolos ke babak semifinal dan bertemu atlet judo dari Provinsi DI Yogyakarta.
Keberhasilan yang diraih Moses sebagai juara tiga pada cabor judo kelas -90 Kg ini menjadikannya sebagai peraih medali pertama bagi provinsi termuda Indonesia Papua Barat Daya.
Keberhasilan Moses Manuputty dengan raihan perunggu di PON XXI Aceh- Sumut tentu tak bisa dilepaskan dari peran sejumlah sosok penting.
Selain sang pelatih Jonadap Watimena, ternyata ada sosok lain yang juga memiliki andil besar sejak Moses kecil mulai bertumbuh. Dia adalah Sensei Arnold Silalahi.
Arnold Silalahi menuturkan, Moses Manuputty adalah salah satu anak binaannya di Padepokan Judo Taruna Karawang (PJTK), Jawa Barat.
Sejak disekolahkan oleh Jonadap Wattimena, pelatih yang juga orang tua angkatnya di Padepokan Judo Taruna Karawang untuk dibina, Moses ditargetkan bisa bertanding di PON dan meraih juara.
“Kalau saya sendiri memang persiapan untuk Moses ini sudah 6 tahun dari sejak dia masih SMP sampai sekarang. Dan memang target saya, dia bisa berlaga di PON dan bisa meraih medali. Itu memang tujuan saya dengan pak Jonadap dari pertama saya melatih Moses di Karawang sejak kelas satu SMP sampai dia sudah lulus. Memang saya targetkan dia setelah lulus ini harus juara PON, terlepas itu medali apa,” ujar Sensei Arnold Silalahi.
Guna memaksimalkan itu, Sensei Arnold kemudian menerapkan sejumlah program demi target Moses menjadi juara PON dalam pembinaan di Padepokan Judu Taruna Karawang, Jawa Barat.
Diakuinya, persiapan yang dilakukan cukup keras walaupun dengan banyak keterbatasan.
Yang tak kalah maksimal dalam persiapan menuju target itu, tegas Arnold, adalah dukungan dari Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) PBD yang cukup besar, mensupport dengan menyertakan Moses ikut banyak pertandingan dibarengi latihan dengan disiplin tinggi mengantarkan pria kelahiran Sorong 30 September 2006 ini berhasil meraih prestasi hingga menggondol medali perunggu di event olahraga terakbar nasional ini.
“Kelebihan Moses adalah dia punya mental untuk latihan yang cukup bagus dan mental tanding yang cukup baik. Jadi itu juga yang memotivasi saya untuk semangat melatih dan memotivasi Moses meraih prestasi tinggi,” imbuhnya.
“Saya merasa Moses sebagai anak saya sendiri, karena begitu dititip ke saya, tidak sampai satu tahun orang tuanya meninggal dunia. Dari umur 11 tahun sama saya, sejak di SMP kelas 1-lah . Memang khusus dititipkan untuk berlatih judo dan bisa jadi juara,” sambung Arnold.
Bahkan saat tanding kontra atlet judo dari Jawa Barat yang akhirnya meraih medali emas, Sensei Arnold mengakui sang juara adalah lawan tanding sekaligus seniornya Moses yang sering latihan bersama-sama.
“Harapan saya agar Moses tetap berlatih terus dan semoga di PON NTT-NTB 2028 mendatang bisa meraih medali emas,” pungkas Arnold Silalahi.
Moses Manuputty saat ditemui wartawan mengatakan, apa yang diraih semuanya sudah diatur oleh Tuhan.
“Sebenarnya nikmati saja apa yang sudah terjadi, dan ini Tuhan sudah atur,” ujarnya.
Dikatakan Moses bahwa target sebenarnya adalah emas. Hanya baginya, bertanding saja dan yang penting sudah maksimal hingga berhasil mempersembahkan medali perunggu bagi Provinsi Papua Barat Daya .
“Saya harap dukungan dari KONI juga semakin memotivasi atlet-atlet yang mewakili Papua Barat Daya,” imbuhnya.
“Semangat terus semoga ini jadi pertandingan evaluasi untuk kedepannya,” serunya kepada atlet PON PBD lainnya.
Raihan Medali Perunggu Sesuai Persiapan
Sementara itu, Pelatih Moses Manuputty, Jonadap Watimena mengatakan, medali perunggu yang diraih Moses sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan selama 7 bulan.
“Ketika masuk dalam TC PON, saya menggunakan program latihan fase umum, fase khusus dan fase pra pertandingan itu acak-acakan. Mungkin efek dari kita punya pembiayaan. Kita maklumi persiapan kita dengan DOB, tapi inilah yang kita bisa perbuat,” akuinya.
Jonadap Watimena mengaku secara pribadi belum puas dengan medali perunggu yang diraih Moses pada PON XXI di Aceh ini.
“Kita belum puas. Ini hasil untuk kita evaluasi. Kedepannya lebih kolaborasi atau kerjaama antara kita dengan pengurus harus lebih bagus. Pengurus harus lebih profesional lagi,” tandasnya.
Jonadap menambahkan, dalam persiapan 7 bulan yang dilakukan sejak Januari lalu, antara beban atau volume latihan tidak imbang dengan kalori.
“Saya mau naikkan intensitas atau volume latihan tapi tidak ditunjang dengan kalori yang masuk,” bebernya.
Saat Moses bertanding di semifinal lawan atlet judo Provinsi Lampung, Jonadap mengaku terus berada di samping atletnya membaca strategi dan memberikan masukan kepada Moses.
Jonadap Watimena juga mengakui kalau lawan tanding Moses di PON XXI adalah para seniornya.
“Yang kalahkan dia di semifinal itu seniornya yang juara di SEA Games, sementara dia (Moses) ini masih junior. Saya target 21 tahun dia pegang medali emas di PON,” pungkasnya.
TIM