Koreri.com, Sorong – Perjalanan politik Abdul Faris Umlati, S.E., M.Pd bersama tandemnya Dr. Ir. Petrus Kasihiw, MT dalam pertarungannya menuju kursi orang nomor satu dan dua Provinsi Papua Barat Daya (PBD) terbilang tak mudah.
Meski berdarah OAP dari garis keturunan ibu, namun itu tak serta merta memuluskan langkah keduanya di pentas Pemilihan kepala daerah (Pilkada) PBD tahun 2024
Terlebih dalam mengikuti tahapan-tahapan yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.
Mulai dari penolakan MRP PBD soal status keaslian OAP, hingga isu-isu miring yang menyerang privasi bahkan isu SARA.
Kendati demikian, berbagai manuver nyata berbagai oknum atau pihak yang berupaya menghentikan langkah paslon dengan jargon ARUS ini tak membuat keduanya goyah, namun tetap kokoh berdiri.
Memaknai semua itu, Calon Wakil Gubernur PBD Petrus Kasihiw menegaskan apa yang dicapai dirinya bersama AFU bukan kebetulan namun merupakan rencana Tuhan.
Ia menyebutkan salah satu faktor penting dan menjadi kekuatan bagi keduanya menjalani semua ini adalah karena doa perempuan-perempuan OAP hebat.
“Kami dua lahir dari rahim perempuan Orang Asli Papua. Maka simbol perjuangan kami, adalah bagaimana memberdayakan perempuan-perempuan,” ucap Piet Kasihiw saat bertatap muka dengan para tim relawan di Kota Sorong, Senin (30/9/2024).
Berbicara mengenai sosok perempuan, Bupati Teluk Bintuni dua periode itu mengatakan, perempuan sebenarnya bisa dikatakan tulang punggung keluarga. Sebab, seorang perempuan bisa mengerjakan segalanya, baik sebagai pencari nafkah hingga mengurus keluarga.
“Karena perempuanlah yang menjadi tulang punggung keluarga sesungguhnya. Dia bisa berjualan, bekerja sekaligus mengurus suami dan anak-anak,” ucapnya.
Petrus mencontohkan, kala dirinya masih sebagai Staf di dinas pemerintahan, istrinya ikut menopang dengan berjualan makanan ringan.
Sekalipun berjualan, istrinya masih bisa mengurus dirinya beserta anak-anaknya.
“Kenapa begitu? Karena memang begitu hebatnya seorang perempuan,” akunya.
Oleh sebab itu, Petrus mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak menganggap remeh seorang perempuan. Sebagai contoh, ia menyebut, dirinya bisa sampai di titik ini karena ada sosok perempuan-perempuan hebat.
“Perempuan-perempuan hebat di sekeliling saya, ada istri saya, mama saya masih hidup sampai sekarang dan anak saya perempuan semata wayang. Merekalah yang membuat saya bisa seperti ini,” pungkasnya.
TIM