Pidato Kemenangan BTM : Singgung Upaya Kotak Kosong Hingga Kecurangan Pilkada

BTM Pidato Kemenangan

Koreri.com, Jayapura – Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Benhur Tomi Mano – Yermias Bisai menyampaikan  pidato kemenangan setelah KPU menetapkan duet BTM – YB ini sebagai peraih suara terbanyak di Pilgub Papua, Sabtu (14/12/2024).

Demikian pernyatan lengkap Benhur Tomi Mano.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah tarian besar demokrasi, tempat rakyat melangkah dengan suara hati dan harapan yang jernih.

Seperti mentari pagi yang memecah kabut di lembah Papua, Pemilukada adalah sinar terang yang menyingkap jalan menuju masa depan.

Demokrasi kadang terlihat seperti perahu kecil yang terombang-ambing di tengah badai kepentingan. Di beberapa sudut, kita menyaksikan kabut yang mengaburkan keadilan, suara yang diperdagangkan, dan isu-isu yang memecah persatuan.

Padahal, demokrasi sejatinya adalah panggung untuk mempersatukan hati, bukan arena untuk memecah belah jiwa.

Demokrasi yang sejati bukanlah tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Demokrasi adalah tentang kepercayaan yang tumbuh, tentang amanah yang dijaga, dan tentang keadilan yang ditegakkan.

Ini adalah kisah kebersamaan, di mana setiap suara, sekecil apa pun, menjadi nyanyian harmoni bagi tanah Papua yang kita cintai. Dengan hati yang penuh tekad, saya memulai langkah – langkah kecil untuk mengejar dukungan partai politik.

Sebuah perjalanan panjang yang tidak hanya menguji keteguhan, tetapi juga membawa pelajaran bahwa politik sejati adalah seni melayani, bukan sekadar mengejar kekuasaan tetapi rela melepaskan hasil jerih payahnya sebagai Anggota DPR – RI demi melayani di tanah kelahirannya.

Namun, proses pencarian rekomendasi partai menjadi episode yang penuh liku. Harga politik terasa begitu mahal; bukan hanya materi, tetapi juga moral.

Demokrasi kita seakan kehilangan makna ketika kursi kekuasaan menjadi komoditas.

Kami mengetuk pintu demi pintu partai politik, mengikuti setiap prosedur dengan harapan besar. Namun, pintu-pintu itu  rasanya tertutup rapat.

Hampir semua partai politik memberikan dukungan kepada competitor, lalu kami berada diujung keputus asa’an.

Sekali lagi, Perjalanan ini penuh dengan suka dan duka, diwarnai perjuangan yang sering kali terasa

hampir sia-sia.

Ketika harapan hampir padam, PDI Perjuangan hadir dengan semangat gotong-royong.

Dalam pelukan hangat Ibu Megawati Soekarnoputri, kami merasa diterima kembali sebagai bagian dari

perjuangan besar untuk rakyat Papua.

Tak lama kemudian, dukungan tulus datang dari Partai Kebangkitan Nasional (PKN) di bawah pimpinan Bapak Anas Urbaningrum (Cak Anas).

Rekomendasi kedua partai ini tidak cukup untuk mencalonkan kami sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua karena tidak memenuhi syarat ambang batas pencalonan, dan kami pun Ikhlas menerima kegagalan bahkan terlontar dari mulut saya bahwa “Mungkin Tuhan menghentikan pengabdian saya untuk rakyat Papua”.

Tetapi ternyata Tuhan berkehendak lain.

Keputusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus ambang batas pencalonan menjadi mukjizat pada hari-hari genting menjelang pendaftaran.

Ini bukan sekadar keputusan hukum, tetapi kehendak Tuhan yang membangkitkan semangat baru.

Keputusan ini seperti membuka tabir sejarah, memberikan ruang baru bagi demokrasi yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Tuhan Maha Adil. Mahkamah Konstitusi meluluhlantakkan mimpi kotak kosong, seperti badai yang menerbangkan debu di atas tebing tinggi.

Ketidakadilan yang ingin menguasai panggung terjungkal, jatuh tanpa jejak.

Harapan rakyat Papua kembali berdiri tegak, membawa kami, pasangan Benhur Tomi Mano dan Yermias Bisay, maju ke gelanggang pertarungan.

Dengan semangat baru, kami melangkah bersama PDI Perjuangan dan PKN, yang menjadi jangkar perjuangan kami, menuju kemenangan yang niscaya.

Perjalanan ini bukan hanya tentang kami, tetapi tentang seluruh rakyat Papua yang menolak

menyerah, yang menolak menyerahkan masa depan mereka kepada kehampaan.

Tidak berhenti disitu, kami masih juga menghadapi gempuran politik secara massive, baik berupa penyebaran berita hoax, kriminalisasi, serangan isu SARA, sampai pada penyelewengan suara rakyat.

Sebagai contoh nyata penggelembungan suara di Kepulauan yapen, di Kabupaten Jayapura hingga nyata di depan mata kita Distrik Jayapura Selatan selama lima hari terakhir.

Kami menemukan indikasi kecurangan, mulai dari manipulasi suara hingga keberpihakan aparat.

Namun, kami percaya pada jalur hukum yang akan menjawab semuanya, kami akan terus memperjuangkan keadilan bagi suara rakyat yang di manipulasi.

SAV

Exit mobile version