Berbusana Khas Maluku, Wali Kota Ambon dan Istri Hadiri “Light Culture Paradise”

Walkot BW Karnval Munas APEKSI

Koreri.com,Surabaya – Malam ini, Jumat (9/5/2025), ribuan masyarakat tumpah ruah di sepanjang Jalan Tunjungan hingga Jalan Gubernur Suryo.

Mereka menyaksikan Karnaval Budaya Munas APEKSI bertajuk “Light Culture Paradise”.

Karnaval diikuti 98 Pemerintah Kota peserta Munas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI).

Para Wali Kota dan pasangan pun tampak menyaksikan dengan pakaian adat khas daerahnya masing-masing. Seperti Wali Kota Bodewin Wattimena dan Ketua TP-PKK Ambon Lisa Wattimena tampil percaya diri mengenakan busana adat Maluku.

Karnaval ini menjadi panggung ekspresi budaya yang sarat makna, di mana kota-kota menampilkan jati diri masing-masing.

“Jadi hari ini kita tampil di Karnaval Surabaya dengan tari Cakalele, Totobuang, tapi juga City of Music. Kita punya kekayaan lokal dan kearifan budaya yang harus dikomunikasikan ke publik nasional dan dunia”, ujar Wattimena kepada sejumlah awak media.

Bodewin menekankan bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga strategi membangun identitas kota.

Ia menekankan bahwa Ambon bukan sekadar kota tua yang bersejarah, tetapi kota yang terus eksis dan tumbuh dalam konteks modernitas.

“Kita berpartisipasi dalam event-event nasional agar nama besar Ambon tidak hilang, tapi justru makin dikenal sebagai kota yang berkembang,” sambung Bodewin.

Meski begitu, ia tidak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi Ambon.

Masalah pengelolaan sampah, pengangguran, dan kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah. Namun, ia percaya bahwa solusi bisa ditemukan dengan belajar dari kota-kota lain.
“Surabaya, Jakarta, Medan kita tidak harus jadi seperti mereka, tapi kita bisa meniru keberhasilan mereka. Soal kebersihan, tata kota, pengentasan kemiskinan, itu bisa kita replikasi,” tegas Bodewin.

Dalam forum Munas APEKSI, Kota Ambon juga ikut menyuarakan isu-isu strategis. Diantaranya penataan tenaga P3K yang dianggap belum merata, serta pentingnya mendorong kemandirian fiskal daerah.

“Banyak hal kita perjuangkan. Isu-isu ini kita rumuskan lewat komisariat wilayah dan sampaikan ke pengurus nasional APEKSI untuk dibawa ke pemerintah pusat,” bebernya.

Menutup pernyataannya, Bodewin menegaskan bahwa pembangunan kota tidak cukup hanya dengan infrastruktur, tapi harus dibarengi dengan semangat kolektif masyarakat dan keberpihakan pada budaya.

Wajah kota bukan dibentuk oleh beton semata, tapi oleh budaya, partisipasi warga, dan kemauan untuk belajar dari keberhasilan orang lain.

TIM

Exit mobile version