Pimpin Misa Episkopal Pertamanya: Uskup Bernardus Ajak Umat Tinggalkan Kesombongan

Uskup Timika Misa Episkopal Pertama
Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA pimpin Misa Episkopal di Gereja Katedral Paroki Tiga Raja Timika, Papua Tengah, Kamis (15/5/2025) / Foto: EHO

Koreri.com, Timika – Dalam suasana penuh haru dan sukacita, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA memimpin Misa Episkopal pertamanya sebagai Uskup Timika, Papua Tengah, Kamis (15/5/2025).

Misa yang sakral ini tak hanya menjadi awal penggembalaannya, namun juga menjadi momen penuh makna bagi umat Katolik di Tanah Papua.

Di hadapan ribuan umat, tujuh Uskup, para pastor, dan biarawati, Uskup Bernardus menyampaikan pesan yang menggugah: “Tinggalkan kesombongan dan buka hati bagi sesama”.

“Sikap mendengarkan adalah bentuk kerendahan hati,” ujarnya dalam homili.

“Karena ketika kita sombong, hati kita tertutup. Kita bahkan bisa terjerumus menyembah berhala.” tegas Uskup Bernadus mengingatkan.

Dengan suara tenang namun tegas, ia menyoroti kebiasaan sebagian masyarakat yang merasa lebih unggul dari yang lain.

“Kita sering menyebut diri sebagai manusia sejati, tapi dalam praktiknya, itu melahirkan sikap merendahkan. Ini bentuk kesombongan yang harus ditinggalkan.” imbuhnya.

Lebih dari sekadar pengajaran spiritual, Mgr. Bernardus membawa suara keprihatinan atas situasi Papua.

Uskup Bernadus mengajak umat untuk tidak menutup telinga terhadap jeritan dan tangisan saudara-saudari di tanah ini.

“Mari kita buka hati seperti Yesus membuka hati-Nya bagi kita. Kita dengarkan dengan hati, bukan dengan pendekatan otoriter,” ajaknya.

Di akhir homili, ia menegaskan harapannya untuk Papua

“Mari bersama-sama membangun Tanah Papua sebagai Tanah Damai. Itu hanya bisa terwujud bila kita saling mendengarkan dan membuka diri.” sambungnya.

Misa Episkopal ini diwarnai nuansa adat yang kental.

Masyarakat Mee mengantarkan persembahan dengan tarian dan lagu pujian dalam bahasa daerah mereka, menambah kehangatan dan kekhusyukan suasana.

Perayaan berlanjut dengan ramah tamah, bakar batu, dan pesta rakyat lewat tarian Seka — sebuah wujud syukur dan kebersamaan masyarakat dalam menyambut gembala baru mereka yang rendah hati dan penuh cinta damai.

EHO

Exit mobile version