Koreri.com, Biak – Belakangan ini mencuat kabar jika Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua mengalami kelangkaan obat.
Dalam hal ini yang berkaitan dengan obat program maupun obat rutin.
Keresahan masyarakat kian memuncak manakala setiap berobat ke Puskesmas di wilayah itu sering kali mereka tidak mendapatkan obat sesuai takaran atau dosisnya dikurangi.
Fakta lainnya, tak sedikit pula masyarakat yang berobat pulang ke rumah tanpa membawa obat apa-apa dengan alasan stoknya habis karena belum dikirim dari Jayapura maupun dalih lainnya.
Parahnya lagi, obat-obatan yang berkaitan dengan program seperti TB, Kusta hingga Malaria dan beberapa lainnya juga sering kali mengalami kekosongan karena keterbatasan stok.
Bahkan lebih mirisnya lagi, fenomena obat langka ini dikabarkan sudah berlangsung sejak 2022 silam namun kini baru terkuak.
Menyikapi fenomena ini, Koreri.com kemudian melakukan penelusuran ke sejumlah warga dan petugas medis pada beberapa Puskesmas di kawasan itu guna memastikan kebenaran informasi soal kelangkaan obat.
Salah satu warga masyarakat yang ditemui langsung mengeluhkan soal kelangkaan obat.
Wanita yang meminta namanya tidak dipublish mengaku tak kunjung mendapatkan obat program yang dibutuhkan saat mendatangi Puskesmas Paray.
“Terakhir ini mereka pegawai Puskesmas beralasan sementara ada pemeriksaan BPK di Dinas Kesehatan Biak Numfor, jadi permintaan Puskesmas belum dipenuhi,” keluhnya.
Ia mengungkapkan fenomena obat langka ini mulai terasa sejak beberapa tahun lalu.
“Obat mulai susah kitong dapat itu sudah dari tahun 2022 lalu. Sementara tahun-tahun sebelumnya tidak pernah seperti ini, obat itu selalu ada saja,” bebernya tak habis pikir.
Maria, warga lainnya pun mengaku tidak mendapatkan obat saat pergi berobat ke Puskesmas Bosnik.
“Saya bawa anak saya berobat ke Puskesmas Bosnik ternyata waktu mau pulang tidak dikasih obat dengan alasan obat habis. Petugas bilang kalau obat sudah ada nanti mereka hubungi untuk ambil. Tapi sampai hari ini, saya tidak pernah dihubungi,” akuinya.
Keluhan yang sama soal kelangkaan obat juga terlontar dari beberapa warga dari sejumlah kawasan lainnya.
Dan rata-rata dari mereka mengaku keadaan ini sudah terjadi sejak tahun 2022 silam.
“Jadi, ini sudah terjadi cukup lama. Kalau tidak salah dari tahun 2022 itu, kitong sudah susah dapat obat. Sering saat berobat ke Puskesmas itu tidak dapat obat. Kalaupun dapat, itu paling setengah dari dosis. Lalu kalau kitong tanya? Petugas selalu kasih alasan kalau stok habis dan obat belum dikirim dari Jayapura,” demikian rata-rata pengakuan mereka.
Guna memastikan kebenaran pengakuan warga soal kelangkaan obat, Koreri.com kemudian menemui beberapa petugas Puskesmas.
Salah satu yang ditemui yaitu seorang petugas Puskesmas yang bertugas di Biak Barat.
Sumber yang namanya dirahasiakan itu membenarkan pengakuan warga soal kelangkaan obat.
“Itu benar kaka, apa yang warga bilang itu benar sekali,” akuinya membenarkan pengakuan warga.
Bahkan sumber sendiri mengaku belakangan ini kebutuhan obat untuk beberapa desa di lingkup tanggung jawab Puskesmas tempatnya bekerja semakin sulit dan langka.
“Permintaan kami ke Dinas Kesehatan Biak Numfor belum kunjung dipenuhi stok obat kami di Puskesmas. Sehingga sering kali kami tidak bisa memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas. Kadang obat yang kami minta juga tidak sesuai dengan permintaan kami dari Puskesmas,” bebernya.
Sumber mencontohkan setiap permintaan obat diajukan ke Dinas Kesehatan Biak Numfor, selalu stoknya dikurangi hingga setengah dari permintaan.
“Jadi misalnya Puskesmas kami pesan 80 dus obat, nanti kami hanya dikasih 40 dus. Dan itu sudah mulai dari 2022 setiap kami minta ke Dinas selalu dikasihnya seperti itu. Makanya, warga yang berobat juga sering pulang tanpa bawa obat karena stok habis dan lama baru ada. Itupun stoknya tidak cukup karena dikasihnya hanya setengah dari yang kami minta. Jadi sudah pasti langka,” cetusnya.
Sumber mengaku heran dengan cara kerja pihak Dinas Kesehatan Biak Numfor.
“Saya tidak habis pikir dengan mereka di Dinas punya cara kerja. Kasihan masyarakat datang berobat baru pulang tidak bawa obat. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini, mulai 2022 kemarin itu baru obat-obatan mulai langka,” keluhnya.
Pengakuan yang sama juga disampaikan salah satu petugas Puskesmas di Biak Utara.
“Fenomena kelangkaan obat ini terjadi hampir merata di Puskesmas yang ada di Biak Numfor ini. Apalagi di pulau-pulau seperti Numfor, Undi dan pulau-pulau lainnya. Dan itu tejadi sampai hari ini,” tegasnya menambahkan.
Petugas di Puskesmas Paray pun mengakui hal yang sama pula.
“Kami di Puskesmas Paray juga kehabisan beberapa stok obat,” sambung Filian.
Ia kemudian menyebutkan sejumlah obat yang saat ini langka di apotik Puskesmas Paray.
“Yang langkah sekarang itu, amoxicillin, cefadroxil, amlodipin, piroxicam, metformin, juga salab antibiotik seperti oxytetracycline dan gentamicin untuk obati luka serta beberapa obat lainnya,” bebernya.
Filian tidak bisa memastikan kapan permintaan obat Puskesmas Paray ke Dinas Kesehatan Biak Numfor dipenuhi.
“Sampai kadang kami juga malu berhadapan dengan pasien karena kebutuhan obat-obat buat sakit mereka tidak bisa kami penuhi,” sesalnya.
Direktur LBH KYADAWUN Biak Imanuel A. Rumayom secara khusus menyoroti persoalan ini
“Kami sangat menyayangkan adanya kelangkaan obat-obat tertentu di Kabupaten Biak Numfor, Apalagi yang kami dengar hampir terjadi di semua Puskesmas,” ungkapnya.
Pihaknya mendorong harus ada solusi untuk mengatasi kelangkaan obat ini.
“Perlu diperiksa alur-alur kedatangan obat sampai ke Puskesmas, karena negara mengucurkan cukup besar dana buat kesehatan di Papua khususnya Kabupaten Biak Numfor. Tetapi kenapa bisa terjadi langka seperti ini?” imbuhnya.
Rumayom mengaku heran adanya kelangkaan obat yang terjadi dari waktu ke waktu.
“Apakah karena kurangnya alokasi dana buat pengadaan obat-obatan di Kabupaten Biak Numfor? Atau karena adanya dugaan penyalahgunaan dana? Kami pikir ini harus dicek, agar memastikan semua masyarakat di kampung-kampung mendapat pelayanan yang baik dan memadai,” desaknya.
Rumayom pun berharap dengan keberadaan Tim Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Papua dapat menjadikan persoalan kelangkaan obat yang kini mencuat sebagai salah satu bagian penting dari audit investigasi pada tahapan ini.
“Tentu harapan kami dengan datangnya BPK di Kabupaten Biak Numfor dapat mengaudit permasalahan kelangkaan obat di Puskesmas-puskesmas yang ada. Karena ini menyangkut kehidupandam keselamatan masyarakat di daerah ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Biak Numfor Daud Duwiri yang hendak dikonfirmasi Koreri.com terkait kelangkaan obat ini belum berhasil didapati keterangan karena telepon selulernya tidak aktif.
Begitu pula Sekretaris Dinas Esau Leunufna yang hendak dikonfirmasi Koreri.com terkait kelangkaan obat ini juga belum berhasil diperoleh keterangan.
Nomor selulernya diketahui dalam kondisi aktif atau centang dua menandakan pesan singkat telah masuk, namun tak juga memberikan respon. Juga telah dihubungi beberapa kali namun tidak juga merespon panggilan.
RED