as
as

Di Rakor Pengendalian Inflasi Daerah, Kadistan Maluku Beberkan Sejumlah Persoalan

IMG 20231117 WA0014

Koreri.com, Ambon – Kepala Dinas Pertanian Maluku Dr. Ilham Tauda memaparkan strategi pengendalian Inflasi daerah yang bertujuan untuk memperkuat sinergi dan inovasi demi menjaga stabilisasi harga menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Hal itu disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah bertema “Memperkuat Sinergi dan Inovasi Untuk Stabilitasi Harga Menuju Ketahanan Pangan Maluku yang Berkelanjutan”, Kamis (16/11/2023), bertempat di Swiss Bel Hotel Ambon.

Rakor dibuka langsung oleh Sekda Maluku, Sadli Li. Turut hadir Ketua TGPP Maluku, Hadi Basalamah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Maluku, Kepala seluruh Bank yang ada di Maluku maupun para peserta dari 11 Kabupaten/Kota.
Kadistan memaparkan, bahwa komoditas strategis pada setiap tahun itu selalu menjadi pemicu atau menjadi bagian dari kontribusi inflasi di Provinsi Maluku. Dan tahun ini, banyak hal yang telah dilakukan dalam upaya bersama untuk mengidentifikasinya dan itu kemudian diapresiasi oleh Kementerian Pertanian.

“Jadi pada tahun ini ada satu upaya kita Provinsi Maluku melalui Dinas Pertanian yaitu pengendalian investasi beberapa komoditas diantaranya cabe dan bawang merah itu diapresiasi melalui penghargaan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo kepada Bapak Gubernur Maluku pada Juni 2023 lalu,” ungkapnya.

Salah satunya, inovasi gerakan tanam cabe secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Maluku.

“Hasilnya di Desember 2022 atau semester kedua rilis BPS kita sudah mengalami deflasi 39 persen per kg artinya bisa kita tekan. Tentu ini melegakan karena sampai dengan Rp80.000 per kg itu. Salah satu kinerja ini yang diukur yang kemudian diapresiasi Menteri kepada bapak Gubernur,” terangnya.

Kemudian, nilai tukar petani di Maluku sebagai ukuran kinerja termasuk juga untuk mengukur sejauh mana tingkat kesejahteraan petani dari tahun ke tahun.

“Kalau kita mengikuti di bulan Oktober nilai tukar petani kita mengalami peningkatan hingga 104,96. Maka ini saya ingin sampaikan bahwa dari semua subsektor tanaman pangan hortikultura perkebunan kemudian peternakan yang sampai dengan saat ini belum mencapai angka 100 persen itu di sektor tanaman pangan. Kenapa? Karena sektor tanaman pangan itu sebagian besar terutama indeks yang dibayarkan itu jauh lebih besar komponennya antara lain adalah transportasi kemudian termasuk juga BBM,” sambungnya.

Diakui Kadistan, produksi padi untuk kabupaten/kota sampai dengan semester I Tahun 2023 dibandingkan dengan 2020 masih jauh dari target produksi.

Di 2023 hasil produksi dari beberapa sentral seperti Maluku Tengah kemudian Buru, Seram Bagian Barat maupun Seram Bagian Timur dengan total 39.611.

Masih lebih rendah jika dibandingkan dengan 2022 sampai data KSK sampai dengan semester 1 bulan Juli 2003.

Karena masih tergantung pada bantuan Pemerintah, sedikit sekali petani di Maluku yang masuk dalam kategori Mandiri.

“Jadi kalau misalnya tahun lalu itu bantuannya besar kemudian tahun ini sedikit maka pasti terjadi penurunan sehingga saya melaporkan perubahan itu ke Kementerian Pertanian,” kata dia.

Dikatakan Kadistan, Kementerian Pertanian mendapatkan alokasi dana yang cukup besar.

“Maka kita mendapatkan alokasi tambahan untuk jagung seluas 4.118 hektar yang harus kita kerjakan dalam dua bulan ini tidak termasuk Maluku diberikan target satu juta hektar yang harus diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam daerah. Sesuai data sementara terdapat kurang lebih 379 ton,” urainya.

Sementara itu, ungkap Kadistan, tidak semua kabupaten/kota dikembangkan sebagai sentral bawang merah dengan produksi mencapai 472 ton. Ada kurang lebih 9 Kabupaten/Kota yang ditetapkan sebagai sentra pengembangan bawang merah di Provinsi Maluku.

“Dan kalau kita bandingkan neraca produksi kita dari total kebutuhan bawang merah kita itu 4.200 ton. Maka ada kurang lebih 3.900 ton harus kita datangkan dari luar daerah. Ini kondisi kita saat ini,” ungkapnya.

Diakuinya, ada beberapa tantangan terutama dalam pengembangan bawang merah di daerah sentral.
Selain ketergantungan yang tinggi petani terhadap bantuan pemerintah khususnya untuk bawang merah karena termasuk cukup mahal untuk mengembangkan secara mandiri juga masih sangat terbatas.

Di samping itu juga untuk perluasan area tanam perlu dibarengi dengan peningkatan kapasitas sumber daya petani kita. Beberapa sentral yang saat ini terus dikembangkan seperti di Buru Maluku Tengah dan juga Maluku Tenggara,” tandasnya.
Kemudian untuk cabe rawit yang dua minggu lalu terjadi kenaikan rata-rata harga 50 sampai dengan 80 persen namun di pasar dalam waktu-waktu tertentu terjadi kelangkaan pasokan.

“Ini juga soal mahalnya transportasi dari daerah surplus ke daerah deficit. Karena itu beberapa daerah sentral sudah kami minta untuk bisa difasilitasi dengan modal transportasi yang sebetulnya. Jadi ini akan memudahkan terutama yang guna memastikan ketersediaan stok di masing-masing wilayah,” paparnya.

Di lain pihak, Kadistan menyampaikan pula bahwa dari data stok rata-rata untuk daging sapi di Maluku mengalami surplus.

“Karena orang Maluku itu lebih banyak konsumsi ikan dibanding daging. Dan karena surplus ini maka setiap tahun Maluku pasok daging sapi ke luar daerah baik ke Sulawesi Selatan dan Papua serta Papua Barat,” tandasnya.

Begitu pula dengan kemampuan produksi di Maluku dimana rata-rata kebutuhan untuk konsumsi baik telur maupun ayam pedaging sebetulnya masih terkendala dengan mahalnya biaya pakan ternak.

Akibatnya, tidak semua pelaku usaha itu mau mengembangkan khususnya usaha peternakan yang ada demikian juga dengan sisi harga.

“Jadi telur yang masuk dari Surabaya masih lebih murah dari telur yang ditafsirkan sendiri,” akuinya.

Persoalan lainnya, terkait dengan Pulau Buru yang juga dilaporkan mengalami penurunan sedimentasi atau penurunan debit air yang juga dikuatirkan akan mengganggu terutama peningkatan produksi khususnya bagi tanaman padi.

“Kemudian nanti di bulan Desember berdasarkan proyeksi dari BMKG masuk dalam kategori sedang maka kita harus mulai bersiap-siap melihat hal ini karena akan berdampak pada yang lain juga.

Maka akan terjadi kekeringan yang pajang. Kita sudah siapkan beberapa langkah penanganan yang kita akan lakukan. Yang terutama, kita akan tetap pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas,” pungkasnya.

JFL

as

as