as
as

Kecam Pemkab Tak Dukung Ketahanan Pangan, Pendamping Desa di Maybrat Beberkan Ini

Hasil petani dan nelayan di Maybrat
Berbagai produk mulai dari ikan hingga sayur-sayuran hasil kebun kelompok yang terlibat dalam program ketahanan pangan di Kampung Fategomi, Distrik Aitinyo Utara, Kabupaten Maybrat, Provinsi PBD / Foto : AAS

Koreri.com, Sorong – Kegiatan ketahanan pangan di Kampung Fategomi, Distrik Aitinyo Utara, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya (PBD) hingga saat ini berjalan dengan baik.

Giat yang dilakukan berbagai kelompok itu pun mendapat dukungan penuh dari Kepala Kampung Naftali Asmuruf melalui program prioritas Dana Desa setempat.

Di tahun anggaran 2023 ini, setiap kelompok mendapat alokasi anggaran senilai Rp5 juta pada kegiatan tahap ke 2.

Salah satu yang menerima bantuan tersebut adalah kelompok Sohara.

Dengan dukungan dana itu, kelompok yang diketuai Yulius Asmuruf ini mampu menghasilkan berbagai produk mulai dari ikan hingga sayur-sayuran hasil kebun yang berlimpah.

Namun sayangnya meski berlimpah, kelompok Sohara maupun kelompok lainnya terkendala dalam memasarkan hasil produksinya karena tidak adanya pasar sentral di kabupaten itu.

Kondisi ini dikeluhkan Antonius Asmuruf yang juga salah satu pendamping desa setempat.

Hasil petani dan nelayan di Maybrat2
Sayur-sayuran hasil kebun kelompok ketahanan pangan di Kampung Fategomi, Distrik Aitinyo Utara, Kabupaten Maybrat, Provinsi PBD yang hendak dijual / Foto : AAS

Menurutnya, kelompok-kelompok di Kampung Fategomi yang dibiayai melalui program prioritas yang bersumber dari Dana Desa sesuai tuntutan UU desa sudah bekerja maksimal mendukung ketahanan pangan.

Pasalnya hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Maybrat malah terkesan tidak memberikan dukungan yang maksimal.

“Pertanyaan saya sebagai pendamping desa kepada Pemerintah Kabupaten Maybrat apa yang sudah kamu buat mendukung kelompok-kelompok ini? Kenapa kamu tidak siapkan pasar sentral?” kecamnya kepada Koreri.com di Sorong, Sabtu (25/11/2023).

Karena, menurut Antonius, hanya dengan adanya pasar sentral itu yang bisa menjadi solusi untuk menyalurkan hasil-hasil dari petani dan nelayan di wilayah itu.

“Kalau ada pasar sentral, masyarakat bisa menjual dan mendapatkan hasil sehinga bisa membiayai mereka punya anak sekolah, kehidupan dalam keluarga dan bisa memberikan perpuluhan ke gereja,” tegasnya.

Antonius juga menyoroti kebiasaan para ASN lingkup Pemerintah Kabupaten Maybrat yang juga dinilainya sama sekali tidak mendukung kemajuan masyarakat di wilayah itu.

“Bagaimana ASN Maybrat ini mereka kerja di Maybrat tapi kasih habis uang di Kota Sorong. Makanya Maybrat dikatakan masuk dalam kemiskinan ekstrim. Tolong ini segera direspon Pemda,” desaknya.

KENN

as