as
as

Ikuti Jejak Sang Ayah di Parlemen, Fadliah Rahaningmas Usung Isu Perempuan dan Anak 

Fadliah Sanusi Rahaningmas
Fadliah Sanusi Rahaningmas, Caleg NasDem DPR PBD Nomor Urut 5 Dapil Papua Barat Daya 1 / Foto: Ist

Koreri.com, Sorong– Mengikuti jejak ayahnya di dunia politik, Fadliah Sanusi Rahaningmas, S.H siap maju bertarung dalam Pemilu serentak tanggal 14 Februari 2024 mendatang.

Putri sulung politisi kawakan Muhammad Sanusi Rahaningmas itu sudah siap lahir batin demi meraih kemenangan di ajang pesta demokrasi 5 tahunan tersebut bersama partai NasDem.

Meski sebagai pemain baru di dunia perpolitikan tetapi kesiapan mentalnya telah ditunjukkan seperti sang ayahanda yang tiga periode berturut-turut menjabat anggota Parlemen Papua Barat itu,

Caleg partai NasDem nomor urut 5 dapil Papua Barat Daya 1 ini pun optimis bakal merebut satu kursi DPR Provinsi PBD periode 2024-2029.

Optimisme itu bukan sekedar khayalan, namun politisi muda yang dikenal dengan tampilan khas Caca Kerudung Biru itu telah mensosialisasikan diri kepada masyarakat bersama partai pencetus Gerakan Perubahan Restorasi Indonesia.

Dalam keterangan persnya kepada wartawan, Rabu (7/2/2024), perempuan Kei kelahiran Kota Sorong itu menjelaskan bahwa dirinya  lebih fokus ke persoalan perempuan dan anak karena sebagai representasi dari perempuan sehingga kemudian bagaimana cara memberdayakan serta mengangkat harkat dan martabat kaum hawa ini.

Pasalnya, dari beberapa waktu ini persoalan perempuan dan anak sangat banyak tetapi penyelesaiannya tidak terlalu diperhatikan.

“Misalnya seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga hingga pelecehan anak dibawah umur yang kasusnya semakin naik tetapi penyelesaiannya tidak maksimal karena kurang adanya pendampingan. Pendampingan dari segi keterwakilan perempuan yang bisa memberikan pemahaman lalu bisa memback-up persoalan-persoalan ini sehingga tidak lagi persoalan kekerasan dalam rumah tangga,” beber Fadliah Sanusi Rahaningmas.

Kemudian , lanjut Alumnus fakultas Hukum Unamin Sorong ini, persoalan ekonomi dimana banyak ibu-ibu yang menjerit terkait pembiayaan seperti UMKM.

Fakta itulah yang menjadi faktor bagi dirinya untuk bagaimana bisa membantu UMKM-UMKM ini untuk bagaimana bisa dimodali sehingga mereka bisa jadi mandiri untuk terus berupaya.

“Karena kalau perempuan itu sudah mandiri maka otomatis persoalan di dapur perlahan atau akan kurang, tidak lagi terbebani oleh persoalan bapak yang harus memberikan gaji karena menunggu gaji bulanan, sehingga mereka harus utang dan bagaimana membiayai  anaknya sekolah. Sehingga lewat UMKM itu memberikan bantuan modal usaha kepada mereka supaya bisa mandiri dan bisa membantu ekonomi keluarga,” imbuhnya.

Selanjutnya, beber Fadliah, melihat dari pengalaman politik beberapa tahun itu dimana rata-rata yang menjadi ujung tombak Pemilu untuk menyukseskan kandidat itu rata-rata adalah perempuan.

“Maka saya melihat bahwa perempuan ini sangat militan dan sangat disayangkan jika perempuan-perempuan ini hadir ke depan, tampil untuk memperjuangkan hak bapak-bapak sementara tidak ada keterwakilan perempuan yang duduk di Parlemen untuk memperjuangkan hak-hak aspirasi perempuan,” imbuhnya.

Olehnya itu, yang menjadi motivasi dirinya mewakili perempuan untuk memberikan dan menyalurkan aspirasi mereka di Parlemen nanti melalui suara perempuan.

Karena dari seluruh DPT di PBD ini jumlah perempuan lebih banyak, sehingga sangat disayangkan jika jumlah suara perempuan yang banyak ini tetapi tidak melahirkan keterwakilan mereka di provinsi.

“Itu sebabnya menjadi motivasi saya bahwa jika saya yakin perempuan-perempuan Papua Barat Daya ini solid dan bergerak untuk perubahan maka saya yakin dan optimis mereka pasti akan memperjuangkan saya dan mendukung saya agar kiranya hak-hak mereka pun akan saya perjuangkan di Parlemen,” tandasnya.

Poltisi NasDem PBD ini punya alasan tersendiri kenapa ia memilih Parlemen sebagai wadah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

“Karena saya rasa DPR itu adalah lembaga tertinggi rakyat, jadi suara DPR itu adalah suara rakyat  bagaimana kita bisa berupaya, kemudian memberdayakan dan memperjuangkan aspirasi mereka sementara kita hanya duduk begini. Lewat organisasi, berupaya melalui beberapa LSM menyuarakan soal ini tetapi semua keputusan tertinggi ada di Parlemen melalui regulasi,” kembali bebernya.

Meski sudah ada dari Pemerintah, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan sebagainya tetapi semua ini harus didampingi, aspirasi ini harus perlu dikawal sampai ke tingkat Parlemen atau Legslatif untuk bisa melahirkan satu produk atau UU yang bisa melindungi, bisa mengikat mereka atau ada yang mengatur.

“Karena kalau kita hanya sebatas berbicara tetapi tidak ada dasar juga, itu juga sedikit persoalan,” cetusnya.

Mengusung moto “Perempuan Berdaya Gerak Perubahan Zaman” ini, Caleg NasDem DPR PBD nomor 5 dapil Papua Barat Daya 1 ini menyatakan optimis bersama NasDem siap membawa perubahan terutama untuk perempuan,  pendidikan hingga pelayanan kesehatan terhadap anak.

“Seperti persoalan juga sekarang ini kan banyak angka stunting pada anak-anak itu karena kurang adanya perhatian juga dari pemerintah dalam hal ini segi kesehatan, pelayanan posyandu karena kader-kader posyandu ini juga sudah tidak aktif  karena dipengaruhi oleh persoalan ekonomi juga. Akhirnya banyak juga posyandu yang sampai saat ini sudah tidak lagi berjalan,” pungkasnya.

KENN

as