Koreri.com, Saumlaki – Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Adolf Bormasa – Hendrikus Serin melanjutkan kampanye dialogis di Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, MInggu (6/10/2024).
Di Wertamrian, kampanye terbatas itu dilakukan pada tiga lokasi yaitu Desa Amdasa, Atubul Dol dan Atubul Da.
Paslon dengan jargon khas Barsih Broo ini Adolf Bormasa – Hendrikus Serin hadir langsung dalam giat tersebut.
Turut hadir Tim pemenangan, Tua-tua adat dan simpatisan serta masyarakat setempat.
Bertempat di Atubul Da, dalam kampanye yang dimulai pukul 20.00 hingga 23.00 Wit mengemuka sejumlah hal.
Salah satu yang menjadi penekanan yaitu terkait money politic sebagaimana disampaikan Ketua Tim Pemenangan Barsih Broo Paulus Petrus Werembinan.
Begini pernyataan lengkapnya,
Kalau ada bagi-bagi uang, hati-hati ini racun. Jadi kalau nanti ada yang datang bayar kalian punya suara, sebenarnya ini adalah penghinaan terhadap katong pung harga diri. Ini penghinaan terhadap rakyat, kasihan sekali mereka-mereka yang suka sekali menghina rakyat.
Mereka melecehkan rakyat, jangan mau dilecehkan.
“Katong miskin-miskin begini tapi katong pung harga diri sebagai manusia dan jangan dianggap harga diri ini cuma 100 -200ribu,” cetusnya.
Jadi kalau dong datang bagi uang lalu katong jawab terima kasih terus ada yang bilang syukur Tuhan, katong dapat rejeki/berkat. Berkat omong kosong apa? Terima kasih omong kosong apa? Yang kalian terima itu bukan berkat. Itu racun!
Jadi saya harap mari kita sepakat bahwa musuh kita dalam Pilkada adalah uang. Musuh kami yang hebat dan cuma bisa mengalahkan kami nanti itu adalah uang.
Uang ini juga adalah musuh kita semua karena yang susah nanti bukan kami tapi justru rakyat yang akan susah.
Bagaimana tidak susah? Ketika mereka berusaha untuk kembalikan uang mereka itu, rakyat akan terlupakan, rakyat akan ditinggalkan, mereka tidak perlu dengan rakyat yang penting mereka mau memperkaya diri sendiri dengan jalan mengembalikan uang puluhan milyar yang telah dibagi-bagi dalam Pilkada.
Tadi sudah dibilang gaji seorang Bupati tidak cukup 5 miliar dalam 5 tahun. Tapi kalau orang bermain 30-40 milyar, terus sisanya itu nanti dikembalikan bagaimana?
Dia ciptakan proyek-proyek supaya mereka bisa dapat fee 10 persen, 20 persen dari proyek itu. Itu caranya mengembalikan uang rakyat.
Proyek itu kemudian mau berguna bagi rakyat atau tidak “vareek deng kamong” yang penting beta pung uang mau balik.
Saya kasih contoh konkrit saja. Danau sana di bangun dengan 50 milyar, jadi dana desa berapa? 1 milyar dapat tidak? Itu berarti 50 tahun, APBD dana desa 1 milyar itu 50 tahun baru dapat biaya proyek danau itu.
Sekarang katong tanya bapak, uang besar begitu gunanya untuk rakyat dimana? Kalian lihat atau tidak proyek itu. Tidak ada ya! Jadi kita bilang saja manfaat untuk rakyat nol besar, ya? Sepakat ya !
Memang karena tidak ada guna, yang ada disana hanya ada alang alang, bangunannya sudah hampir tidak kelihatan. Sebentar orang lihat kiri kanan dan bertanya bangunannya kapan bisa selesai? Tapi pusing apa dengan rakyat. Saya mau dapat untung dari proyek proyek besar ini.
50 milyar itu sesungguhnya kalau untuk pemberdayaan masyarakat, mungkin rakyat tidak sesusah begini. Kalau dipakai untuk bantu petani, bantu bibit, bantu pupuk, bantu alat mungkin petani bisa sejahtera.
Kalau dipakai untuk bantu nelayan, dengan misalnya pengadaan ketinting yang banyak itu maka petani dan nelayan akan banyak menerima bantuan.
Tapi untuk apa kasih rakyat? Nanti tidak ada uang kembalinya. Jadi buat proyek besar supaya dapat untung.
“Celakalah orang yang main politik uang karena susah yang terjadi nanti kemudian salah mereka yang telah terlibat dalam money politik,” kecamnya.
Jadi bapak, ibu, mari katong pung rasa malu kalau terlibat dalam politik uang karena sesungguhnya yang kita lakukan itu melanggar aturan, melanggar hukum. Mari katong sebagai warga negara, sebagai warga gereja yang baik mari katong punya rasa malu.
Anjing tidak malu kalau lewat disini tidak berpakaian, kenapa? Karena dia tidak punya rasa malu. Manusia ini punya rasa malu karena itu tidak gampang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan dan hukum serta bertentangan secara moral.
Mari kita sepakat bahwa daerah ini harus lebih baik ke depan dan karena itu kita harus bebas dari money politic.
Saudara, 200 – 300 itu habis dalam satu hari, dua hari tidak mungkin merubah kehidupan anda dari miskin menjadi lebih baik, tidak mungkin merubah nasib anda. Anda yang dibayar dengan 200, 300, 500 sekalipun, tidak akan merubah nasib anda sebab cuma dua hari tiga hari. Tetapi 5 tahun itu yang seharusnya lebih baik malah tambah buruk.
Mari katong sadar dan tidak lagi mengulang terlibat money politic.
Adolf Bormasa adalah satu-satunya perwakilan dari Tanimbar Utara Raya, sementara empat yang lain itu semua dari selatan. Bahkan calon dari Selaru saja ada dua.
“Jadi beta minta mati kita sumpah adat, tanda tangan pernyataan mendukung pemekaran. Tim pemekaran Tanimbar Utara, saksi dan tua tua adat semua tanda tangan. Larat sekarang sepakat hari ini bahwa periode mendatang yang jadi Bupati adalah orang utara,” pungkasnya.
NKTan