Koreri.com, Jayapura – Calon Gubernur Papua nomor urut 1, Benhur Tomi Mano (BTM), kembali mendapat sambutan hangat penuh kekeluargaan dari masyarakat adat Kampung Putali, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura.
Dalam kunjungan tersebut, BTM bersama istri Kristina Luluporo Mano, menghadiri acara doa dan dukungan yang diprakarsai oleh mama-mama dan para pemudi kampung sebagai bentuk solidaritas dan cinta kepada putra asli Tabi itu.
Rombongan BTM menyebrang Danau Sentani dari Dermaga Khalkote menggunakan Kapal Asei Faa.
Cuaca cerah dan panorama pulau-pulau kecil di danau menambah spesialnya perjalanan mereka, yang disambut meriah oleh puluhan perahu dan speed boat warga.
Lagu-lagu khas Sentani yang diciptakan khusus untuk BTM turut mengiringi kedatangan calon Gubernur tersebut.
Yang menarik, dominasi kehadiran mama-mama dan perempuan muda terlihat kuat.
Obhe adat yang menjadi lokasi acara penuh sesak, menunjukkan besarnya dukungan perempuan terhadap BTM.
Ondofolo Kampung Putali Nulce Oktovianus Monim, menegaskan bahwa masyarakat telah bulat mendukung BTM sejak Pilgub sebelumnya. Baginya, BTM adalah pemimpin yang lahir dari rahim adat dan terbukti bekerja untuk rakyat.
“Kami di sini, terutama mama-mama dan pemudi, aktif berdoa dan mendukung BTM. Kami merasa beliau adalah anak adat yang harus kami jaga dan dorong ke kursi gubernur,” ujarnya.
Nulce juga menyatakan bahwa dukungan ini adalah hasil kesepakatan adat antara para Ondoafi dan Ketua Dewan Adat Sentani, serta menjadi bagian dari komitmen menjaga hak kesulungan anak adat Tabi.
“Kami semua minum air danau yang sama, hidup dari dusun yang sama. Maka kami sepakat: hak kesulungan bukan rasis, ini adalah jati diri kami yang harus dijaga,” tambahnya.
Dalam sambutannya, BTM mengucapkan terima kasih atas sambutan yang begitu tulus dan mengharukan.
Ia menegaskan bahwa kehadirannya bukan ajang politik, melainkan bentuk penghormatan terhadap panggilan adat dan doa masyarakat.
“Saya tidak pernah menyuruh mereka menciptakan lagu. Itu lahir dari hati mama-mama dan sanggar. Itu bukti cinta tulus yang saya sangat hargai,” ujar BTM.
Menanggapi tudingan bahwa perjuangannya membela hak kesulungan adalah bentuk rasisme, BTM menjawab tegas:
“Hak kesulungan bukan rasisme. Itu adalah bentuk afirmasi dalam UU Otsus. Kita semua bersaudara di Tanah Papua, tetapi anak adat tetap punya tempat dan peran yang harus dihormati,” tegasnya.
BTM juga mengajak warga untuk menyambut Pemungutan Suara Ulang (PSU) dengan damai, menjaga suara rakyat, dan melawan segala bentuk intimidasi.
“Pilkada adalah pesta demokrasi. Jangan takut. Kalau ada pelanggaran, dokumentasikan. Gunakan hak pilih dengan bijak,” tutupnya.
SAV