Koreri.com, Bula – Kunjungan anggota Komisi V DPR RI, Saadiah Uluputty, S.T., ke Desa Waitilan (Pantai Tikus), Bula, Seram Bagian Timur (SBT) berubah menjadi momen haru ketika menyusuri lorong-lorong permukiman kumuh dan menyapa warga yang selama ini hidup dalam keterbatasan infrastruktur dasar.
Didampingi Bupati dan Wakil Bupati serta jajaran OPD SBT, Saadiah datang bukan sekadar meninjau, tetapi mendengar, merasakan, dan merangkul aspirasi masyarakat secara langsung.
Sejak awal, suasana berlangsung hangat. Warga Waitilan membuka suara tentang persoalan yang selama ini mereka hadapi: air tak mengalir, pemukiman tergerus banjir, dan rumah-rumah lapuk yang hampir roboh. Saadiah mendengar satu per satu dengan penuh kesabaran.
Isu air bersih menjadi keluhan paling mendesak. Banyak warga mengaku harus membeli air atau mengambil dari sumber jauh, sebuah beban sehari-hari yang tak lagi mampu mereka tutupi.
“Kami hanya ingin air bersih yang cukup untuk keluarga,” ungkap seorang ibu dengan suara bergetar.
Permasalahan berikutnya tak kalah serius: tidak adanya tanggul permanen membuat kawasan itu rentan banjir. Setiap musim hujan, air masuk ke rumah, merusak barang-barang, bahkan membahayakan keselamatan lansia dan anak-anak.
Sorotan lain muncul saat Saadiah mengunjungi rumah-rumah warga. Tampak dinding kayu yang rapuh, tiang penyangga yang mulai keropos, dan atap bocor di mana-mana.
“Ada rumah yang hampir roboh, terutama milik para lansia,” tutur Saadiah, yang dalam kunjungan itu menyempatkan diri duduk dan berbincang dengan beberapa warga sepuh.
Melihat langsung kondisi ini, Saadiah menegaskan bahwa kebutuhan dasar warga Waitilan tak bisa lagi ditunda.
Sebagai anggota Komisi V DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Pekerjaan Umum, ia menyatakan komitmennya untuk mendorong program-program strategis pemerintah guna menjawab kebutuhan warga.
Untuk air bersih, Saadiah berjanji akan mengupayakan program Pamsimas, sebuah solusi penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang selama ini terbukti efektif di berbagai daerah.
Sementara rumah-rumah yang hampir roboh akan diperjuangkan agar mendapatkan bantuan BSPS (Bedah Rumah).
Terkait pemukiman yang rawan banjir, Saadiah memastikan pembangunan tanggul permanen segera diajukan sebagai prioritas ke Kementerian PU, mengingat urgensi perlindungan kawasan tersebut.
“Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Air bersih, rumah layak, dan perlindungan lingkungan adalah hak dasar warga negara. Saya akan membawa aspirasi ini langsung ke kementerian dan memastikan ada tindak lanjut segera,” tegasnya.
Kunjungan Saadiah ke Waitilan bukan sekadar agenda kerja, tetapi lebih dari itu, bentuk kepedulian nyata yang memberikan secercah harapan baru bagi warga yang selama ini merasa terpinggirkan.
Harapan itu kini tumbuh kembali bahwa perubahan mungkin terjadi, dan perjuangan mereka akhirnya didengar.
RLS












