Koreri.com, Jayapura – Kapolres Jayawijaya AKBP. Dominggus Rumaropen terus berupaya memediasi kasus pertikaian antara masyarakat Kampung Meagama dan Wukahilapok.
Ia berharap agar kedua belah pihak menghentikan konflik saling serang yang terjadi mulai dari tanggal 18 Agustus lalu.
Polres Jayawijaya kemudian berusaha untuk melerai dan menenangkan kedua belah pihak sehingga bentrok tidak meluas dan tidak ada lagi korban yang berjatuhan.
“Sejak 19 Agustus perang kita bisa hentikan dan tidak ada korban dari kedua belah pihak, dan hingga hari ini kita berupaya untuk menggiring tokoh-tokoh kedua belah pihak dalam pembicaraan yang telah berjalan. Kita perkecil masalah dan sudah mengarah ke jalur damai, damai dalam hal ini meletakan busur/panah tidak berperang sedangkan denda adat dan sebagainya sementara akan di bawa ke honai adat kemudian mereka akan dibicarakan,” urainya, Minggu (23/8/2020).
Hingga saat ini, Kepolisian Resort Jayawijaya masih berada di batas wilayah Distrik Pelebaga dan Kampung Meagama Distrik Hubikosi.
Untuk mengantisipasi berkembangnya masalah ini Jajaran Kepolisian ini sudah 2 hari ini melakukan razia berupa patroli dan melakukan penyitaan terhadap benda-benda tajam.
“Ini sudah kita lakukan di tiga titik seperti di jalan menuju Kampung Meagama, kemudian kawasan menuju Distrik Pelebaga dan juga di kawasan kota di Kampung Lantipo,” rincinya.
Awalnya, diakui Kapolres, pihaknya terus berupaya agar kedua belah pihak bertemu, serta memandu dan memfasilitasi adanya dialog antara kedua belah pihak.
“Dari dialog ini kemudian mereka bisa bersama-sama merasakan secara terbuka dan hasil pertemuan tersebut dari pihak pertama Pelebaga menyatakan diri bersalah dan siap di denda secara adat,” akuinya.
Mereka mengaku menyerang dan membunuh Ismail Elopere itu berdasarkan rasa curiga dan kemudian dampak dari meninggalnya Ismail Elopere, mereka menyerang dan membunuh lagi Yairus.
“Intinya, pihak pertama menyatakan mereka bersalah,” sambungnya.
Kapolres juga menegaskan bahwa kedepannya masyarakat harus membangun komunikasi dengan adat agar pola-pola mencurigai adat ini dan akhirnya orang mati cuma-cuma tidak terjadi.
“Kita harus berusaha terus kedepan agar bisa merubah anak-anak muda untuk berkebun bukan berperang,” tukasnya.
AND