Koreri.com, Manokwari- Soal pengunduran diri dua dokter spesialis penyakit dalam dr Djahalia Rumagesan,S.p.P.D dan dr Subhan Rumoning,S.p.P.D di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Fakfak membuat wakil rakyat angkat bicara.
Wakil Ketua DPR Papua Barat H. Saleh Siknun,.S.E dalam keterangan persnya kepada wartawan, Kamis (5/8/2021) meminta kepada pemerintah daerah Fakfak untuk mengambil alih persoalan ini.
Secara kelembagaan dan atas nama masyarakat fakfak ucap Saleh meminta kepada kedua dokter spesialis itu untuk mempertimbangkan kembali surat pernyataan pengunduran diri itu.
Sebab, dalam kondisi pandemi saat ini mereka adalah penyelamatan masyarakat, terlepas dari persoalan yang terjadi, namun masyarakat hanya tahu bahwa mereka dibutuhkan dalam kondisi ini.
“Kami juga meminta pemerintah daerah segera mengambil langkah penyelesaian masalah ini dengan mempertemukan pihak-pihak yang berselisih paham kemudian mencari solusi terbaik yang tidak merugikan masyarakat,” kata Saleh Siknun melalui telpon celulernya kepada media ini Kamis siang.
Kordinator komisi 5 DPR Papua Barat bidang kesehatan itu bahwa sesuai informasi yang diterima dokter Djahalia Rumagesan,Sp.P.D dilaporkan ke Polisi oleh masyarakat terkait profesi yang dilaksanakan.
“Ketika dia dilaporkan terkait dengan profesinya, maka pemerintah daerah dan RSUD harus melakukan pendampingan hukum. Ini tidak dilakukan sehingga dr Djahalia merasa sendiri dalam persoalan ini.” Ujarnya.
Mau tidak mau pemerintah kata Siknun, pemerintah harus sesegera mungkin menuntaskan persoalan ini agar kedua dokter yamg merupakan aset daerah itu tidak lepas.
Wakil rakyat dari dapil 5 termasuk Kabupaten Fakfak mengingatkan bahwa ketika kedua undur diri sebagai dokter di RSUD Fakfak maka banyak rumah sakit yang menunggu Mereka di tengah tren positif Covid dan juga minimnya jumlah dokter spesialis.
Sedangkan dr. Djahlia Rumagesan saat dikonfirmasi media ini melalui telpon celulernya, Kamis siang mengatakan, sebagai anak negeri punya keinginan yang tinggi untuk mengabdi dan melayani masyarakat, apalagi ditengah pandemi COVID-19.
“Saya sangat ingin melayani, rasa melayani saya untuk masyarakat fakfak sangat besar. Kami mengabdi untuk tanah ini dan sumpah untuk menyelamatkan nyawa. Tapi bagaimana dengan persoalan ini,” ucap dokter spesial penyakit dalam itu.
Dia mengaku trauma karena dituntut bekerja namun tidak nyaman pastinya hasil pelayanan terhadap pasien tidak efektif. bekerja dilingkungan rumah sakit dengan adanya penghinaan terhadap profesi namun tidak mendapatkan perlindungan sama sekali dari Rumah sakit maupun dari pemerintah daerah.
“Harga diri saya sedang saya perbaiki, satu sisi saya dianggap tidak melakukan fungsi saya dengan baik, seakan-akan saya telantarkan pasien. Loh, bagaimana saya mau bekerja dengan baik dalam ketidaknyamanan ini,” pungkasnya.
Dijelaskan bahwa sempat menyampaikan persoalan ini kepada Bupati Fakfak dan menegaskan jika kejadian ini terulang lagi maka akan mengundurkan diri. Ini disaksikan dokter spesialis lainnya serta mereka juga sepakat karena mereka juga berkesempatan mengalami hal yang sama.
Ternyata selang satu minggu dokter itu didatangi keluarga yang sama dan kembali dicaci maki tanpa ada perlindungan dari institusi.
Direktur manejemen RSUD menganggap ini sudah selesai, padahal secara personal dirinya sudah laporkan cacian itu kepasa polisi tetapi institusi juga harus mengambil langkah.
“Jika ada solusi, saya akan lihat dulu, apa yang mereka lakukan dan bicarakan kedepan. Saya sebagai dokter yang bertanggung jawab terhadap nyawa manusia,” pungkasnya.
KENN