as
as

Miris! Pasien Terkendala Biaya, Yotam Bilasi Soroti Dinkes Mamberamo Raya

Pasien Miris dari Mambraya
Pasien Ais Utasad lagi rawat di RS Dian Harapan, Warna, Kota Jayapura, Selasa (27/02/2024) / Foto: Ist

Koreri.com, Jayapura – Seorang anak bernama Ais Utasad yang berusia 4 tahun, warga Kampung Iri, Sikari 2 Distrik Sikari saat ini sementara menjalani perawatan di RS. Dian Harapan, Kota Jayapura.

Ais dilaporkan menderita penyakit misterius.

as

Muncul tiga benjolan besar yang nyaris seukuran kepalanya, disertai luka di ujung tiga benjolan itu menyebabkan dirinya menderita kesakitan, pucat dan kurusan.

Mulanya Ais tertusuk kayu di leher kanannya hampir setahun lalu. Lalu terjadi benjolan kecil namun dibiarkan saja hingga kemudian membengkak besar. Bahkan mempengaruhi suaranya ketika berbicara.

Menyikapi ini, Anggota DPR Papua Yotam Bilasi langsung menyoroti Dinas Kesehatan Kabupaten Mamberamo Raya yang terkesan menutup mata atas persoalan ini.

“Saya lihat pasien ini sudah menderita dengan kondisi yang dialami sudah hampir satu bulan tidak ada tindakan penanganan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mamberamo Raya,” sorotnya, Selasa (27/2/2024).

Yotam menuturkan kondisi pasien sangat memprihatinkan dan seharusnya Dinas Kesehatan Mamberamo Raya tidak tutup mata tapi segera turun tangan.

“Keluarga ini terkendala anggaran dan sudah tidak mampu. Bahkan kami juga sudah berusaha bantu cuma biaya pengobatan cukup besar. Makanya kita berharap dukungan dari Pemerintah Daerah Mamberamo Raya dalam hal ini Dinas Kesehatan harus melihat kasus ini dengan serius,” pintanya.

“Jangan tutup mata, harus turun melihat kondisi pasien dan bisa ambil tindakan untuk pengobatan pasien. Jangan terlantarkan warga kita yang sedang sakit,” kecam Yotam.

Kondisi pasien, diakuinya sangat memprihatinkan sekali karena badan sudah sangat kurus.

“Makanya kita berharap bagaimana Dinas Kesehatan bisa mengatur permasalahan ini apalagi pasien ini menderita cukup lama. Agar kasus ini menjadi lebih diperhatikan lagi. Saya pikir dari pihak gereja sudah turun ke rumah pasien di Perumnas IV kemudian berkoordinasi dengan pihak rumah sakit Dian Harapan dan pasien sudah diantar untuk pengobatan disana. Setelah itu pihak gereja berkoordinasi dengan dinas teknis terkait untuk menangani pasien,” imbuhnya.

Untuk itu, Yotam sekali lagi berharap Dinas Kesehatan Mamberamo Raya turun tangan melihat pasien yang sedang sakit dari wilayah itu.

“Suka tidak suka, mau tidak mau ini sudah tanggung jawab dan kami hanya bisa bantu apa adanya karena kami tidak mampu lebih. Maka kita berharap Pemda Mamberamo Raya bisa melihat dan membantu biaya pengobatan pasien. Apalagi ini keluarga tidak mampu. Tidak usah anggap remeh karena yang menderita ini jiwa manusia jadi harus diselamatkan,” tegasnya.

Pasien Miris dari Mambraya2Yotam secara khusus mengapresiasi rekan-rekan awak yang telah berinisiatif bertemu dengan Edi Pranata, salah satu pemgurus PGGP, dan kemudian pasien bisa difasilitasi ke RS Dian Harapan.

“Terimakasih juga untuk para donatur yang sudah membayar biaya RS,” pungkasnya.

Pasien atas nama Ais Utasad 4 tahun, berasal dari Kampung Iri, Sikari 2 Distrik Sikari, Mamberamo Raya.

Menurut Itu keterangan dari pendamping atau keluarga Jefri Upetaya, Ais awalnya sedang memancing, kemudian tertusuk kayu di leher kanannya hampir setahun lalu.

Awalnya terjadi benjolan kecil, namun dibiarkan saja hingga kemudian membengkak besar. Bahkan mempengaruhi suaranya ketika berbicara.

Tidak pernah dibawa berobat, karena orang tua tidak punya uang.

Lalu, keluarga meminta surat rujukan dari RS Kawera Mamberamo Raya pada Januari 2024 untuk dirawat di RSUD Abepura 9 Januari 2024.

Selanjutnya dirujuk ke RSUD Dok II 19 Februari 2024.

Ais adalah pasien BPJS Kesehatan, tapi masih harus membayar Rp6 juta untuk periksa Cityscan di RSUD Abepura dan Rp4 juta untuk membayar pemeriksaan lab di RS Provita.

Waktu ke RSUD Dok II hanya diambil sampel untuk diperiksa di lab, lalu disuruh pulang hari Minggu kemarin ini. Tidak dirawat padahal kondisi anak memprihatinkan seperti kurang gizi, dan hari Senin disuruh kembali.

“Karena tidak punya uang lagi, akhirnya Ais tidak dibawa ke RSUD Dok II. Lalu dia tinggal di gubuk kompleks warga Sikari di gunung dekat Blok H Perumnas IV Waena,” rincinya.

EHO

as