Koreri.com, Jayapura – Proses Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Gubernur Papua hingga kini belum berakhir. Pasangan calon nomor urut 1 Benhur Tomi Mano-Constant Karma (BTM-CK) memilih jalur hukum dengan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia.
Langkah ini dinilai wajar sebagai bagian dari pendidikan demokrasi yang jujur dan adil.
Bagi putra Tabi-Saireri itu, gugatan ke MK bukan sekadar persoalan politik, melainkan bentuk keseriusan mereka dalam mendukung kemajuan Papua yang damai dan bermartabat.
Sebab proses PSU kemarin, berlangsung dengan berbagai kecurangan yang struktur, sistematis dan masif. MK sebagai lembaga hukum tertinggi di Indonesia diyakini akan membuka semua kebenaran yang sesungguhnya demi mewujudkan Papua yang adil, mandiri dan berbudaya.
Berdasarkan dokumen resmi Akta Pengajuan Permohonan Pemohon Elektronik MK RI Nomor 22/PAN.MK/e-AP3/08/2025, gugatan diajukan pada Jumat (22/8/2025) pukul 17.48 WIB melalui kuasa hukum Anthon Raharusun dan tim, dengan KPU Papua sebagai pihak termohon.
Permohonan tersebut telah tercatat dalam Buku Pengajuan Permohonan Pemohon Elektronik (e-BP3). Sesuai Peraturan MK Nomor 3 Tahun 2024, pemohon diberikan waktu tiga hari kerja untuk melengkapi berkas sebelum dimasukkan dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi Elektronik (e-BRPK). Akta tersebut ditandatangani oleh Panitera MK, Wiryanto, pada Senin (25/8/2025) pukul 08.01 WIB.
Di tengah perjuangan hukum yang sedang berlangsung, Benhur Tomi Mano menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh rakyat Papua, khususnya umat Muslim yang telah memberikan dukungan pada pelaksanaan PSU.
“Kami mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada seluruh umat Muslim di tanah Papua yang telah memberikan dukungan kepada kami di PSU kemarin,” kata BTM di Jayapura, Kamis (28/8/2025).
Menurutnya, perjuangan mereka di MK bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi juga soal menjaga marwah demokrasi dan keutuhan sosial masyarakat Papua. Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk terus mendukung dengan doa dan zikir.
BTM menegaskan bahwa PSU tidak boleh dimaknai semata sebagai pertarungan politik. Lebih dari itu, ia adalah momentum kejujuran, kesabaran, sekaligus ujian kedewasaan berdemokrasi.
“Di balik setiap surat suara, ada harapan. Di balik setiap pilihan, ada tanggung jawab kepada anak cucu kita nanti. Kita sudah berikhtiar, menyusun gagasan, menjangkau rakyat, menyampaikan visi, bahkan berlelah-lelah dari lorong ke lorong, dari kampung ke kampung. Kini kita hanya bisa berdoa agar apa yang kami perjuangkan di MK dapat terwujud,” tuturnya.
TM menambahkan, doa yang dipanjatkan saat ini bukan hanya untuk kemenangan BTM-CK, tetapi juga doa agar Papua tetap damai dan tidak terpecah belah karena perbedaan pilihan politik.
Lebih lanjut, BTM menegaskan bahwa doa yang mereka panjatkan bersama rakyat adalah wujud cinta kepada tanah Papua.
“Doa ini adalah bahasa hati, agar esok tidak ada air mata karena perpecahan, tidak ada luka karena perbedaan, dan tidak ada dendam yang tumbuh karena pilihan. Jika kami yang terbaik di mata Tuhan, semoga Allah mantapkan hati untuk mendukung perjuangan kami di MK. Tetapi jika ada yang lebih baik, kami pun ikhlas, asalkan Papua tetap aman, rakyat tetap bersaudara, dan langit negeri ini tetap biru tanpa awan kebencian,” ujarnya.
BTM menekankan bahwa Papua adalah tanah damai, dan kedamaian itu merupakan warisan yang harus dijaga bersama.
“Kita boleh berbeda baju, berbeda pilihan, berbeda jalan, tapi jangan pernah berbeda hati. Karena kita semua satu: satu tanah, satu nasib, dan satu cita-cita menjadikan Papua lebih baik dari hari ini,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, BTM mengajak seluruh rakyat Papua untuk menjemput takdir dengan ketenangan, adab, dan akhlak terbaik.
“Kita telah mengadukan segalanya kepada Sang Pemilik Langit. Dengan doa, Papua tak hanya damai, ia akan bersinar. Dengan kebersamaan, Papua tak hanya kuat, ia akan bangkit. Semoga setiap untaian zikir dan bisikan doa yang terucap menjadi wasilah bagi terjaganya negeri ini. Dan semoga setiap suara yang kita titipkan menjadi amal kebaikan, bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk generasi yang akan mewarisi Papua penuh harapan,” pungkasnya.
RLS