Koreri.com, Jayapura – Proyek Air Baku yang dibangun Balai Wilayah sungai (BWS) Papua di Danau Sentani bisa mengancam eksistensi masyarakat yakni turunnya debit air dan ancaman kekeringan di kemudian hari.
Tokoh Adat Port Numbay Rudy Mebri, mengatakan apa yang dilakukan Pemerintah dengan pembangunan air baku di Danau Sentani tepatnya di Kelurahan Waena, Kota Jayapura sangat positif bagi pembangunan daerah apalagi menuju PON XX tahun 2021 mendatang.
Hanya saja, menurut dia,, pembangunan air baku yang akan menyedot 3000 liter air Danau Sentani per hari ini harusnya melibatkan berbagai pihak serta akademisi untuk mengkaji proyek ini dari segi dampak lingkungan.
“Saya melihat kami yang punya keterbatasan di bidang air maupun, sumber-sumber dari mana yang masuk ke danau. Sebenarnya ada langkah awal yang harus dilakukan kajian bersama sebetulnya dari BWS, PU atau instansi mana yang melaksanakan tugas di kawasan Danau Sentani, karena itu akan berdampak luas terhadap komunitas masyarakat adat yang hidup di atas danau,” ungkapnya di Jayapura, Senin (19/10/2020).
Dari segi kultur, kata Mebri, proyek pembangunan air baku di Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura tersebut sangat melecehkan masyarakat adat setempat karena Danau Sentani memberikan fungsi manfaat cukup besar terhadap eksistensi rutinitas siklus budaya dan tradisi masyarakat adat di kawasan itu.
“Bagi saya sangat melecehkan dan merugikan bagi kami orang Sentani, kalau kapasitas air atau sedotan air dari danau setiap hari di ambil dan ditampung dalam penampungannya dari sekian jarak yang di tempuh dari lokasi air baku itu sangat merugikan masyarakat adat di kemudian hari dalam pengembangan khusus transfer budaya dari orang tua kepada anak, kepada cucu untuk kehidupan berkesinambungan bagi khusus orang Sentani,” bebernya.
Mebri menguatirkan jika aktivitas penyedotan air baku ini tetap berlanjut usai momen PON 2021 nanti, maka sudah pasti kebanggaan orang Sentani lambat laun akan habis atau musnah.
Dirinya bahkan menyayangkan kepada pihak-pihak yang terlibat proyek tersebut, tidak melibatkan masyarakat adat untuk melakukan sosialisasi dini tentang latar belakang tujuan pembangunan proyek itu.
“Masyarakat kita ini kan semua awam dengan pembangunan yang di laksanakan itu ,tujuannya benar tetapi mekanisme prosedurnya seperti apa .harus di jelaskan dari segi undang-undang seperti apa sehingga masyarakat juga paham,” jelasnya.
Dikatakan, penyedotan air harus seimbang dengan dengan mengecek kembali Intek atau sumber air yang ada diperbukitan sepanjang danau Sentani mulai dari Cycloop dan pegunungan terdekat.
Dengan begitu, bisa diketahui berapa jumlah kubik sumber air yang masuk ke danau.
“Kalau sedot harus juga ada anak-anak sungai yang mengalirkan air ke danau. Dan, kalau memang di dalam danau itu ada sumber mata air secara alami harus dijelaskan sehingga tidak menimbulkan persoalan baru di masyarakat adat dan generasi mendatang,“ tandasnya.
Penyedotan Air Baku di Danau Sentani jika benar yang dikatakan setiap harinya diambil dengan jumlah yang besar, maka tinggal dikalikan perhari dan per-tahun berapa kubik air yang terambil.
“Sudah jelas ancaman kekeringan danau Sentani cukup besar di depan mata,” bebernya.
Sebelumnya, Direktur Utama PDAM Jayapura Entis Sutisna, mengatakan target sebanyak 250 per-detik yang akan dihasilkan dari suplai air baku di wilayah Danau Sentani tepatnya di batas kota, Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura.
“Jadi, saat ini pembangunan sarana air baku di batas kota Distrik Heram baru selesai tahap 1 dimana air baku sudah dapat di tarik dari danau Sentani ke reservoir di wilayah Jalan Alternatif Perumnas tiga sekitar 300 kubik air,” tukasnya.
OZIE