Koreri.com, Namrole – Bupati Buru Selatan Safitri Malik Soulisa menghadiri perayaan HUT Gedung Gereja Sidang Jemaat Allah Jemaat Filadelfia Labuang ke X, Jumat (24/9/2021).
“Sebagai umat yang beriman dalam suasana kebahagiaan, saya mengajak kita semua untuk mempersembahkan puji syukur Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena dalam kasihnya memperkenankan kita dapat berkumpul di tempat ini untuk menghadiri acara HUT Gedung Gereja Sidang Jemaat Allah Filadelfia Labuang ke X,” ajak Bupati Safitri mengawali sambutannya.
Atas nama pribadi dan Pemda Kabupaten Bursel, kepala daerah wanita pertama di Maluku menyampaikan ucapan selamat atas momen perayaan ini.
“Ada harapan, ada doa persekutuan jemaat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan segala kebaikan bagi kita semua yang mengasihiNya,” lanjutnya.
Bupati Safitri mengaku yakin, bahtera pelayanan GSJA di bumi “Fuka Bipolo” akan terus berlayar di samudera kesaksian karena keteguhan iman para pimpinan dan umatnya.
Dikatakan, momentum perayaan HUT gedung GSJA ini bertujuan untuk mengajak umat merenung kembali bagaimana jerih juang merintis jemaat Labuang, dan membangun gedung gereja yang representatif, agar jemaat dapat beribadah dengan baik.
“Ditengah kompleksitas masalah yang saat ini kita hadapi di tengah bangsa, pesan saya satu hal yang menjadi modal dan harapan adalah hidup dalam kerukunan antar umat beragama. “Hidup piara hidup,” kata Bupati mengutip pesan orang bijak di bumi Maluku.
Hal itu kata Bupati Safitri, dapat diterjemahkan sebagai “Kai Wait” atau hidup adik kakka.
“Satu gandong yang mendorong kita untuk hidup dalam kasih dan menjadi pembawa damai sejahtera di tengah gereja dan masyarakat seperti pola hidup jemaat mula-mula,” tegasnya.
Dikatakan, saat ini semua orang termasuk Jemaat Filadelfia Labuang dituntut untuk memiliki strategis pengembangan sumber daya jemaat.
“Dan kerena itu para pelayan harus mampu bersinergi dengan Pemerintah daerah Kabupaten Buru Selatan dan terlibat langsung dalam seluruh ritme pembangunan,” dorongnya.
Kemudian, bekerja sama dalam pemberdayaan, menghapus kekerasan dalam rumah tangga, menanggulangi kemiskinan serta memberikan ruang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
“Dalam pelayanan gereja kita kenal istilah kemitraan antara laki-laki dan perempuan,” tandasnya.
Hal itu kata Bupati Safitri semata-mata bertujuan untuk melahirkan keseimbangan dan terciptanya kesejahteraan serta kemandirian umat.
JFL