Koreri.com, Ambon – Pelatihan Kewirausahaan Dasar: Employment and Livelihood yang diselenggarakan oleh UNDP (United Nation Development Programme), ILO (International Labour Organization), UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) dan UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS) bersama dengan SIAP (Social Innovation Acceleration Program) menjadi langkah strategis untuk memastikan bahwa pada masa krisis sosial-ekonomi saat ini, tidak seorangpun akan tertinggal dan termarjinalkan, khususnya perempuan, anak muda, penyandang disabilitas, hingga mereka yang bekerja di sektor ekonomi informal.
Setelah pelaksanaan seminar online, Jumat (25/2/2022) “Escape Business Competition through Authenticity” yang dibawakan oleh Moon L. Marva (Program Advisor SIAP), kegiatan pelatihan dilanjutkan dengan lokakarya atau workshop kewirausahaan dasar yang terdiri atas berbagai tema, mulai dari analisis peluang usaha dan riset pasar, pemasaran digital, hingga pengelolaan keuangan pada tanggal 2 dan 4 Maret 2022 di Universitas Pattimura, Maluku.
Lebih dari 50 peserta yang berasal dari kelompok sasaran yaitu perempuan, anak muda, penyandang disabilitas serta pengidap HIV dengan antusias mengikuti satu per satu lokakarya dan termotivasi memulai bisnisnya sendiri untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Lila R. Sukendy, Program Associate Social Innovation Acceleration Program (SIAP) menyampaikan pernyataannya.
“Program ini diselenggarakan untuk mendukung kewirausahaan dan pengembangan bisnis, serta memberikan dukungan kepada teman-teman sekalian melalui pembelajaran tentang cara-cara membangun bisnis, mulai dari tahap mencari ide hingga strategi-strategi memulai bisnis. Ada juga beberapa materi tentang aspek bisnis seperti perencanaan produk, analisa peluang usaha, pemasaran digital dan lain masih banyak lagi,” terangnya.
Richard Louhenapessy, SH., Walikota Ambon yang diwakili oleh Sekretaris Kota Ambon Drs. Agus Ririmase, AP, MSi menilai pentingnya kegiatan tersebut.
“Pelatihan kewirausahaan sangatlah penting untuk dilakukan apalagi di tengah pandemi Covid-19. Saat ini, semakin sulit bagi anak-anak muda di Maluku untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Terkhusus untuk mahasiswa UNPATTI yang hadir, diharapkan dengan tekun untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan dasar karena ini adalah modal yang baik bagi masa depan kalian,” ungkapnya.
Ririmase menambahkansebagai mahasiswa harus bisa menciptakan inovasi-inovasi baru sebagai wujud nyata dalam membangkitkan krisis ekonomi global.
“Oleh sebab itu dihimbau bahwa sedapat mungkin (kita) harus berbisnis. Karena dari berbisnis, kalian bisa menjadi bos (pemimpin) bagi diri kalian dan usaha kalian sendiri,” tandasnya.
UNDP (United Nation Development Programme), ILO (International Labour Organization), UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) dan UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS) bersama dengan SIAP (Social Innovation Acceleration Program) memberikan dukungan secara langsung kepada mereka yang terdampak untuk membangun dan mengembangkan bisnis, memastikan terwujudnya kesetaraan gender dan menghilangkan praktik diskriminasi di dalam pasar serta mendorong transformasi ekonomi menuju ekonomi hijau dan ekonomi digital.
Prof. DR. M. J Sapteno, SH, M. Hum Rektor Universitas Pattimura turut menambahkan.
“Ada kisah nyata menarik pada suatu hari di Pasar Mardika Ambon, pada saat saya sedang berbelanja ada seorang anak perempuan yang tiba-tiba memasukan sejumlah bahan belanjaan di kantong plastic milik saya. Saya pun kaget dan bertanya-tanya, ada apa sebenarnya. Kemudian anak perempuan itu menjelaskan dan mengingatkan saya bahwa dia adalah orang yang telah berhasil karena dengan bimbingan yang diberikan selama perkuliahan dan sukses karena memiliki usaha sampai saat ini,” ungkapnya kagum.
“Melalui kisah tadi, saya mau mengajak kalian para mahasiswa agar jangan
pernah malu untuk berjualan, jangan pernah malu untuk berbisnis. Karena dengan berbisnis kalian, bisa ikut berkontribusi dalam membangkitkan krisis ekonomi akibat dampak pandemi COVID-19. Sudah tidak zamannya lagi untuk kalian bergantung terus pada orang tua. Hilangkan budaya malu saat berjualan,” menambahkan.
“Sebagai contoh, anak perempuan tadi dan (mari) tingkatkan mental berani dalam berjualan dan berbisnis,” ajaknya.
Pelatihan Kewirausahaan Dasar: Employment and Livelihood ini menjadi momentum emas untuk mengulik potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Ambon, Maluku.
Pelatihan ini juga memberikan kesempatan bagi para entrepreneur di Ambon, Maluku dalam menyusun rencana atau ide bisnis yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan ekonomi di tengah krisis sosio-ekonomi akibat pandemi COVID-19.
“Dalam 10 tahun terakhir, jumlah entrepreneur di Indonesia meningkat 3.5% yang didukung dengan perkembangan informasi, Teknologi, dan Inovasi. Namun yang menjadi faktor utama merupakan meningkatnya kesadaran dan kemampuan anak muda di Indonesia untuk menciptakan dan menangkap peluang bisnis secara mandiri dengan menjadi entrepreneur,” tutup Adryan Hafizh, Co-Founder Social Innovation Acceleration Program (SIAP).
ZAN