Koreri.com, Saumlaki – Prevelensi balita yang mengalami stunting di Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku terus meroket.
Camat Tanimbar Selatan Vinsensius Fenanlampir menyatakan, di wiilayah kerja Puskesmas Saumlaki ini penderita stunting berjumlah 187 balita per Januari 2023 dan tersebar di semua desa.
Angka ini menurutnya terbilang cukup tinggi dan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
“Karena itu, hari ini kita melakukan review kinerja tahunan penurunan stunting bersama lintas sektoral. Saya berharap, dari evaluasi ini akan lahir komitmen bersama semua pemangku kepentingan dalam melakukan pencegahan dan penanganan stunting secara bersama-sama,” katanya di Saumlaki, Jumat (3/2/2023).
Vinsensius menyebutkan, prevalensi balita yang mengalami stunting di Kabupaten Kepulauan Tanimbar sebagaimana data yang dipresentasikan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat adalah sebanyak 25 persen di tahun 2021, sementara di tahun 2022 mengalami peningkatan menjadi 31,1 persen.
Dihadapan seluruh kepala desa dan stakeholder yang hadir, Fenanlampir menegaskan pentingnya dilakukan program bersama dengan semangat “sweri stunting”. Jargon ini memiliki spirit dari tradisi masyarakat adat setempat.
Untuk mencapai target penurunan stunting, pihaknya akan melakukan intervensi spesifik dengan mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting, seperti pemberian asupan makanan, peningkatan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui program PKK di setiap desa.
Ketua panitia pelaksana kegiatan review kinerja tahunan penurunan stunting, Ida Wontopur menyatakan kegiatan tersebut program gizi Puskesmas Saumlaki merasa sangat penting untuk melaksanakan kegiatan review kinerja tahunan penurunan stunting bersama lintas sektoral.
Peserta kegiatan ini berjumlah 50 orang yang terdiri dari para kepala desa, tokoh agama, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan kader-kader desa lokus stunting serta tenaga kesehatan baik di Pustu maupun Puskesmas Saumlaki.
Kepala Puskesmas Saumlaki, Apolonia Fenanlampir menyatakan, stunting dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, sehingga pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.
Untuk itu, permasalahan stunting tidak bisa diselesaikan melalui program gizi saja tetapi harus terintegrasi dengan program lainnya. Kompleksnya masalah stunting dan banyaknya stakeholder yang terkait dalam intervensi gizi spesifik dan sensitif memerlukan pelaksanaan yang dilakukan secara terkoordinir dan terpadu kepada sasaran prioritas.
“Penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif secara konvergen dilakukan dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan,” katanya.
Selanjutnya, upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilakukan mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi dengan 8 aksi integrasi yang akan memperkuat efektivitas intervensi percepatan penurunan stunting.
Apolonia menyebutkan, Pemda Kepulauan Tanimbar telah menetapkan dua lokus penanganan stunting di kecamatan Tanimbar Selatan yaitu di desa Ilngei dan Lermatang.
Salah satu penyebab terjadinya peningkatan angka stunting di Tanimbar Selatan menurutnya adalah karena semakin tingginya angka pernikahan dari pasangan suami istri yang masih berusia dini.
“Tahun ini kita targetkan bekerja dengan komitmen sehingga target kita adalah harus turun dengan cara melakukan pendampingan dan kerjasama tim dengan semua pihak” tandasnya.
LSM