NasDem Soroti Kondisi Darurat di Tolikara: Kotak Suara Dikuasai Tim Paslon Tabo-Pahabol

Ketua DPD Nasdem Tolikara, Benny Kogoya / Foto : Ist
Ketua DPD Nasdem Tolikara, Benny Kogoya / Foto : Ist

Koreri.com, Tolikara – Dinamika yang terjadi pasca berlangsungnya Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan kini menjadi perhatian berbagai kalangan.

Aksi intimidasi hingga berbagai manuver buruk yang dilakukan kelompok-kelompok tertentu yang berkontestasi demi ambisi merebut kekuasaan di wilayah itu dan Provinsi Papua Pegunungan begitu marak terjadi.

Bahkan kabar yang berkembang, upaya kotor tersebut turut dibekingi jajaran petinggi di daerah itu.

Partai Nasdem Tolikara sebagai pengusung calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Pegunungan, Befa Jigibalom – Natan Pahabol pun turut angkat bicara.

Partai pengusung perubahan ini menyebutkan adanya kondisi darurat politik di Tolikara saat ini sejak usai pelaksanaan pemungutan suara pemilihan kepala daerah 27 November lalu.

Ketua DPD Nasdem Tolikara, Benny Kogoya mengungkapkan, hingga saat terus terjadi intimidasi oleh para paslon Bupati – Wabup yang berkonstestasi, terutama dari paslon Gubernur yang sangat merugikan tim Befa Jigibalom-Natan Pahabol.

Dia mencontohkan bahwa secara keseluruhan di Tolikara, sejak hari pemungutan suara hingga saat ini, Kotak suara ditahan oleh tim sukses paslon John Tabo-Ones Pahabol.

Bahkan, mereka mengusir dan mengintimidasi saksi Paslon Befa Jigibalom-Natan Pahabol yang ingin hadir dalam tiap pleno tingkat distrik atau kecamatan.

“Ada saksi kami yang dikejar dengan senjata tajam saat akan datang ke lokasi. Ini jelas terjadi dihadapan semua pihak yang berkepentingan. Kami sangat dirugikan,” tegas Benny kepada awak media, Jumat (13/12/2024).

Ia juga mengaku sempat nyaris diamuk massa saat berada di kantor Distrik Karubaga untuk mengecek hasil penghitungan dan perolehan suara tingkat distrik, yang lebih membuat suasana seakan mencekam dan dikhawatirkan terjadi perang suku.

Karena hingga kini belum dilakukan pleno penghitungan suara tingkat Kabupaten Tolikara yang mana KPU sendiri saat ini sudah diambil alih oleh KPU Provinsi Papua Pegunungan sejak tanggal 6 Desember lalu.

“Mereka menjaga suara dan tidak membiarkan saksi paslon Befa Jigibalom-Natan Pahabol untuk ikut dalam proses rekapitulasi di tingkat manapun. Kami diancam bahkan dikejar dengan alat tajam akan dibunuh jika berani datang,” sesalnya.

Benny berharap kondisi darurat politik yang terkait di Tolikara ini segera disikapi oleh pihak terkait, terutama KPU Papua Pegunungan, agar mengambil sikap tegas melakukan Pleno rekapitulasi suara.

“Harus segera dilakukan pleno agar jangan terus berlarut seperti ini. Kami juga meminta agar pleno itu dilakukan diluar dari Tolikara ini atau tempat netral. Supaya kita meminimalisir hal yang kita semua tidak inginkan,” tegasnya.

Senada Usman Wanimbo selaku Ketua Tim Pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Papua Pegunungan, Befa Jigibalom-Natan Pahabol di Tolikara, yang meminta semua pihak bisa menghormati proses demokrasi yang berlangsung.

“Tolikara ini bukan punya satu orang saja. Mari kita hargai proses dan pilihan masyarakat. Kita tunggu pleno KPU. Jangan dengan cara intimidasi dan klaim sepihak seperti saat ini,” tutupnya.

TIM