Koreri.com, Waisai – Legislator DPR RI Faujia Helga Tampubolon mengunjungi PT. Gag Nikel di Kampung Gag, Kecamatan Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, Jumat (18/1/2025).
Perjalanan dimulai dari Dermaga Speed Waisai, di mana Faujia bersama staf dan awak media menempuh waktu dua jam perjalanan menggunakan armada speed pribadi.
Sesampainya di Pulau Gag, Anggota DPR RI Komisi VI ini disambut hangat warga dan pegawai PT. Gag Nikel dengan pengalungan bunga sebagai tanda penghormatan.
Dalam pertemuan di ruang rapat, ia berdialog dengan Officer Manager PT. Gag Nikel Sorong, Ruddy Sumual.
“Sebagai anggota Komisi VI yang bermitra dengan Kementerian ESDM dan instansi terkait, PT. Gag Nikel adalah bagian dari tanggung jawab saya. Kunjungan ini juga sebagai langkah untuk memahami dinamika di lapangan,” ujar Faujia yang juga merupakan istri Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati.
Suasana formal diubah menjadi lebih santai oleh Faujia yang meminta semua pihak tidak merasa tegang, mengingat ini merupakan kunjungan perdananya.
Dengan nada akrab, ia mulai membahas berbagai program perusahaan, khususnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Bagaimana dengan Program CSR dan Pemberdayaan Masyarakat, pak” tanya Faujia
Ruddy Sumual menjelaskan bahwa program CSR PT. Gag Nikel mencakup delapan pilar, di antaranya pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.
Perusahaan ini telah mendirikan sekolah, memberikan beasiswa, dan membantu pembangunan infrastruktur seperti Puskesmas Pembantu (Pustu).
“Kami memastikan setiap program mendapat persetujuan Kementerian ESDM sebelum dilaksanakan. Realisasi anggaran pun berfokus pada wilayah terdampak langsung yakni Pulau Gag (ring satu), Distrik Waigeo Barat Kepulauan (ring dua), hingga Sorong (ring tiga),” jelas Ruddy secara rinci.
Selain itu, perusahaan melibatkan masyarakat setempat dalam kegiatan reklamasi pasca-tambang dan program pengelolaan lingkungan.
Ada juga konservasi penyu Minyenfen serta pengembangan kelompok usaha kopra. Infrastruktur seperti drainase dan jalan menuju pelabuhan sepanjang satu kilo juga akan dibangun demi kenyamanan masyarakat.
Isu Hak Ulayat Pulau Gag
Dalam dialog, Faujia juga menyinggung isu hangat mengenai hak ulayat di Pulau Gag.
Ruddy menjelaskan bahwa PT. Gag Nikel telah melakukan pembayaran kompensasi berupa “tanaman tumbuh” dan “ketuk pintu” sejak 2012 kepada masyarakat lokal sesuai arahan Pemerintah daerah.
Namun, menurut UU Nomor 41 Tahun 1999, Pulau Gag ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung sehingga tidak memungkinkan adanya sertifikat hak guna usaha atau penggantian pembayaran untuk klaim hak ulayat.
Meski demikian, dilema muncul akibat banyaknya pihak yang mengklaim kepemilikan baik dari Pulau Gag sendiri maupun wilayah sekitarnya.
“Kami berharap kehadiran Ibu Faujia bisa menjadi penengah yang baik untuk menyelesaikan persoalan ini. Kami senang ibu Faujia dapat bersilaturahmi ke Pulau Gak dan mendengar serta melihat langsung aktivitas kami dan apa yang telah kami lakukan sehingga dapat memberikan penjelasan kepada pihak eksternal lainnya bahwa aktivitas PT. Gag Nikel itu berjalan dengan baik. Tak hanya kegiatan untuk mencari keuntungan tapi memperhatikan masyarakat yang ada. Kami punya semangat yang sama untuk memperhatikan masyarakat,” tambah Ruddy.
Komitmen Sosial dan Masa Depan Pulau Gag
Ruddy juga menekankan bahwa PT. Gag Nikel tidak hanya fokus pada kegiatan tambang, tetapi juga berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa keberadaan kami di sini tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” tegasnya.
Menutup kunjungan, Faujia menyampaikan apresiasinya atas berbagai program yang telah dijalankan perusahaan dan berharap sinergi antara PT. Gag Nikel, masyarakat, dan pemerintah dapat terus terjalin untuk keberlanjutan Pulau Gag.
NKTan