Koreri.com, Timika – Direktur PT Dewi Graha Indah (DGI) Aji Mujiono, memberikan klarifikasi terkait proyek pembangunan jembatan gantung di Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Ia menegaskan proyek tersebut bukan fiktif, melainkan sedang mengalami kemacetan (mangkrak,red) akibat sejumlah kendala non-teknis yang kompleks di lapangan.
Menurut Aji, sejak penandatanganan kontrak kerja pada Agustus 2023, pelaksanaan proyek yang dialokasikan dalam APBD 2023 pada Dinas PUPR Kabupaten Mimika telah menghadapi dinamika sosial yang memerlukan pendekatan khusus.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah permintaan dari masyarakat setempat agar mereka dilibatkan langsung dalam proses pembangunan.
“Kami mempekerjakan sekitar 25 orang pekerja harian dari masyarakat lokal. Awalnya, kami mendatangkan pekerja dari luar, namun mendapat penolakan karena warga ingin ikut serta. Maka kami akomodir itu, sesuai kesepakatan, hanya dua tenaga teknis dari luar, selebihnya warga lokal yang bekerja,” jelas Aji.
Tidak hanya itu, lanjutnya, pihak kontraktor juga diminta membangun jalur alternatif penyeberangan oleh masyarakat, yang sejatinya tidak tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek jembatan. Hal ini mengakibatkan alokasi dana menjadi tidak seimbang dengan perencanaan awal.
“Kami juga diminta membangun rumah bagi tokoh agama di lokasi. Di sisi lain, proses kerjasama dengan PT Freeport Indonesia untuk akses jalan dan kondisi keamanan yang belum memungkinkan,” tambahnya.
Selain kendala administratif, tantangan juga datang dari perbedaan pendapat terkait lokasi pembangunan. Warga setempat ingin lokasi jembatan digeser dari titik yang sudah ditentukan dalam kontrak.
Meski berbagai pekerjaan sudah dilakukan di lapangan dan seluruh material kini sudah tersedia di lokasi, proyek belum bisa dilanjutkan karena saat ini pihak kontraktor sedang berurusan dengan aparat penegak hukum.
“Saya siap bertanggung jawab penuh secara hukum bila memang ada penyimpangan. Tapi saya tegaskan, tidak ada uang proyek yang saya salahgunakan, karena ini menyangkut uang rakyat,” tegas Aji.
Ia menyebut, jika tidak ada hambatan di lapangan, pembangunan jembatan seharusnya bisa rampung dalam waktu sekitar satu setengah bulan.
“Kami punya niat dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan, tapi semua harus berjalan sesuai dengan kesepakatan dan kehendak masyarakat setempat,” tutupnya dengan nada harap.
EHO