Inspirasi : “Papua“ Surga Kecil di Bumi

Danau Sentani
Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua

Sebut saja namaku Lizz. Aku anak peranakan dari wilayah timur Indonesia. Papa dari Flores dan mama dari Kei (Maluku Tenggara). Aku lahir di Papua, tepatnya di kota karang Biak. Aku anak pertama dari tiga bersaudara.

Di Biak ,kami bertiga yaitu papa, mama dan aku tinggal di perumahan Angkasa milik AURI, karena ayahku adalah seorang prajurit KOPASGAT yang saat ini  berubah atau lebih dikenal dengan nama AURI.

Selama 1 tahun kita tinggal di Biak, setelah itu kita pindah ke Pulau Jawa tepatnya di Kota Surabaya, karena memang tugas yang mengharuskan papa serta keluarga meninggalkan kota kelahiranku.

Dari kecil hingga dewasa, aku dan keluarga tinggal di Kota Surabaya, boleh dikatakan dengan istilah sebagai tuan tanah..hehehe…!

Saat ini aku sudah berkeluarga dan bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar. Mengajar di sekolah sangat menyenangkan, apalagi aku mengajar di kelas dua. Kepolosan mereka dan riuhnya di kelas saat pelajaran itu yang sangat kurindukan.

Walau terkadang ada rasa sedih juga jika sudah berulang-ulang diajar tapi masih belum mengerti. Yahh..itu semua pasti ada suka dukanya. Sukanya dan yang paling dinanti adalah saat liburan kenaikan kelas tiba. Woww…mengapa…?? Jawabannya pasti sudah diketahui..! Liburan panjang……

Yaaaa..,.aku jika liburan panjang tiba,  kugunakan untuk mengunjungi adik – adik dan keluarga yang berada di ujung timur Indonesia tepatnya di Kota Timika, karena tempat tinggal dan  pekerjaan mereka di sana. Memang tidak setiap liburan akhir tahun ajaran aku kesana, selain jauh, harga tiket pesawatnya yang sangat mahal itu jadi kendala utama. Jadi, liburan ke Timika jika  memang ada momen penting yang  mengharuskan untuk pergi kesana.

Tepatnya tahun 2018 di bulan Juni, setelah penerimaan rapor dan bertepatan pula dengan adanya hajatan di tempat adik, aku berangkat liburan ke Timika. Memang ini bukan kali pertama aku kesana. Ini adalah keberangkatan yang ketiga.

PAPUA….. saat mendengar kata tersebut, pasti terbayang di benak kita adalah HITAM, KERITING dan NOKEN …tapi itulah keunikan dan daya pikat dari Papua.

Oh…ya, kata Noken mungkin asing di telinga kita. Noken adalah sejenis tas atau keranjang yang biasa digunakan disana untuk membawa barang-barang hasil kebun atau belanjaan.

Dan membawanya juga unik, yaitu tali noken ditaruh diatas kepala, jadi bukan ditenteng. Boleh dibilang kekuatan ada di kepala.

Sebelum aku melanjutkan, kuingin bercerita sedikit. Aku memang besar di Jawa, dari TK – SMP aku sekolah di Surabaya. Masuk ke jenjang SLTA, aku memilih SPG, karena dari kecil cita-citaku ingin menjadi guru. Dan SPG yang kupilih ada di Papua tepatnya di Kota Merauke.

Nah …disinilah awal aku mengenal alam Papua. Aku berada di Merauke selama 3 tahun, karena setelah tamat SPG aku kembali pulang ke Surabaya.

Dan….selama di Merauke jika ada waktu libur, tidak aku sia – siakan. Papa yang waktu itu sudah masuk masa pensiun selalu mengajakku untuk berkeliling wilayah Kabupaten Merauke.

Elisabeth Melania Ratna Sawu
Elisabeth Melania Ratna Sawu

Papa sangat tahu betul kampung-kampung yang ada di sana, karena sebelum menikah dengan mama, papa pernah bertugas di Merauke dan juga ikut berjuang jaman PEPERA.

Daerah  WASUR, JAGEBOB, TANAH MIRING, KURIK, KUPRIK dan ONGGAYA adalah nama-nama sebagian daerah di Merauke yang pernah kudatangi. Dan tak kalah pentingnya adalah perbatasan Indonesia dan Papua Nugini, kaki ini dengan bangga sudah sampai ke sana.

Dua minggu aku liburan di Timika. Setelah kegiatan hajatan selesai, tak lupa aku mengambil kesempatan bersama adik dan keluarga untuk jalan-jalan keliling Kota Timika yang dikenal dengan istilah kota DOLLAR karena disana ada sebagian besar karyawan digaji dengan menggunakan dollar terutama untuk karyawan PT FREEPORT INDONESIA (PT. FI ).

Hampir sebagian orang yang ke Timika sepertinya wajib untuk singgah ke Kuala Kencana dan area perumahan karyawan Freeport. Pemandangan di sana sangat indah sekali terutama pepohonan yang menjulang tinggi, serasa berada di luar negeri apalagi ditunjang dengan udara yang dingin dan berkabut. Menambah kekagumanku terhadap alam Papua yang di sana sini masih hijau dan asri.

Tak terasa dua minggu pun berlalu, saatnya untuk pulang kembali ke Surabaya. Aku mendapat tiket pesawat Timika – Jayapura – Surabaya .

Biasanya aku transit di Makassar, berhubung sudah full, jadi aku dapat tiket dengan transit di Jayapura.

Mungkin Tuhan Punya Rencana Lain Untukku

Perjalanan Timika – Jayapura membutuhkan waktu 1 jam, dan setiap naik pesawat aku selalu minta duduk dekat jendela. Tujuannya adalah supaya dapat melihat pemandangan daerah – daerah yang dilalui dari jendela pesawat. Kamera tak lepas dari tangan, terutama saat pesawat sudah mulai naik pelahan-lahan meninggalkan landasan.

Tiba – tiba….tanpa terasa mulut ini berucap…wow…wow dan wow…,Tuhan…apakah ini mimpi..? Hatiku bergetar, ingin menangis. Menangis bukan karena sedih tetapi karena kagum dan bercampur rasa syukur yang tak terperi.

Pemandangan alam Papua sangat dan sangat indah. Gunung dan lembah lembah seperti membentuk istana diatas awan disertai dengan aliran air bak permadani yang terhampar dari atas turun ke bawah.

Belum lagi indahnya Danau Sentani yang biru-sebiru Samudra Atlantik.

Dengan perlahan-lahan kumainkan kamera, kubuat zoom supaya bisa melihat alam Papua lebih dekat. Oh Tuhan…memang sungguh luar biasa karya-Mu !!!

Sepanjang perjalanan, tak henti – hentinya decak kagum kuucap walau hanya dalam hati. Benar – benar aku dibuat takjub. Mungkin inilah rencana Tuhan yang ingin disampaikan dan diperlihatkan kepadaku yaitu ada “ Surga Kecil di Papua “ yang tidak dimiliki daerah lain.

Kulit boleh hitam, rambut boleh keriting, tapi hati dan alam yang dimiliki oleh Papua tak ada yang bisa menandingi.

Selama perjalanan, kata syukur dan rasa bangga selalu menggema dalam hatiku. Terselip di dalam hati rasa bangga karena sudah dilahirkan di belahan bumi Papua.

Papua yang identik dengan burung  cantiknya  yaitu Cenderawasih serta panorama alam yang memang benar-benar masih asri dan alami dan tak lupa pula keramahtamahan masyarakatnya. Benar sekali apa yang dikata (alm) Frangky Sahilatua dalam menciptakan lagu yang berjudul “AKU PAPUA!“

Ada beberapa penyanyi yang sudah menyanyikan lagi tersebut, antara lain ( alm) Frangky sendiri, Edo Kondologit dan juga ada Trio Ambisi.  Aku juga sering menyanyikan lagu tersebut. Selain indah, syairnya yang sederhana tetapi sangat mengena di hati itu membuat aku ingin sering menyanyikannya. Didalam lagu tersebut terungkap rasa bangga sebagai anak Papua.

Di bawah ini aku mencoba menuliskan cuplikan lagu tersebut.

            Tanah Papua, tanah Yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi

            Seluas tanah, sebanyak batu, adalah harta harapan

            Tanah Papua, tanah leluhur , di sana aku lahir

            Bersama angin , bersama daun, aku dibesarkan

 

            Hitam kulit, keriting rambut, aku Papua

            Biar nanti langit terbelah, aku Papua

 

Papua, Papua…..ooohhh Papua….aku bangga menjadi bagian darimu, walau hanya sebagai tempat putus pusar.

 

Penulis : 

Guru SDN Manukan Wetan I/II4 Surabaya