as
as

Econusa Jaring Peneliti Muda Papua Lewat Kompetisi Ilmuwan 2021

Ilmuwan Muda Pap

Koreri.com, Jakarta – Wilayah di timur Indonesia, terutama di Tanah Papua memiliki kekayaan alam yang luar biasa melimpah. Membentang dari pegunungan hingga lautan, kekayaan keanekaragaman hayati di Tanah Papua bahkan menduduki peringkat ketiga di kawasan tropis dunia setelah hutan Amazon dan Kongo.

Menurut Jurnal Nature tahun 2020, Pulau Papua juga menggeser posisi Madagaskar menjadi wilayah dengan keanekaragaman hayati flora tertinggi di dunia.

Hal itu tak hanya membuat alam di Tanah Papua terus saja dieksploitasi, melainkan juga dieksplorasi melalui penelitian-penelitian baik dari segi sumber daya alamnya maupun budaya masyarakat adatnya.

Sayangnya, penelitian-penelitian tersebut tidak banyak menyisakan manfaat bagi masyarakat lokal.

Ibarat helikopter, hasil penelitian yang telah dilakukan cenderung dibawa keluar dari Tanah Papua sehingga masyarakat lokal tidak mendapatkan manfaat maupun masukan dari hasil penelitian tersebut.

Padahal, penelitian sebagai kegiatan ilmiah memiliki peranan yang vital dalam perumusan kebijakan dan advokasi di berbagai sektor serta dalam menerapkan program pengembangan masyarakat.

Sementara itu, belum banyak masyarakat di Tanah Papua, terutama kaum muda yang memiliki ketertarikan untuk melakukan riset atau penelitian tentang potensi di wilayahnya sendiri.

Menjembatani ini, Yayasan EcoNusa melaksanakan program Kompetisi Ilmuwan Muda Papua yang telah dilakukan untuk ketiga kalinya sejak 2017 dan bekerjasama dengan Balitbangda Papua Barat untuk kedua kalinya sejak 2020 ini.

Ajang ini bertujuan untuk mengorganisir mahasiswa perguruan tinggi maupun swasta di Tanah Papua sebagai peneliti muda handal dan mampu melakukan penelitian mengenai pengelolaan sumber daya alam dan budaya di Tanah Papua.

Diharapkan penelitian-penelitian yang dihasilkan dapat dijadikan basis dari perumusan kebijakan, advokasi kebijakan, dan inovasi sumber daya.

Webinar bertajuk “Sosialisasi Ilmuwan Muda Papua 2021” yang diselenggarakan secara daring oleh Yayasan EcoNusa bekerjasama dengan Balitbangda Papua Barat pada Sabtu (3/7/2021) bertujuan menyebarluaskan informasi dan menjaring mahasiswa-mahasiswi Papua dan Papua Barat untuk mengirimkan proposal penelitiannya serta berkompetisi dalam Ilmuwan Muda Papua.

Ilmuwan Muda Pap2021Hadir sebagai narasumber adalah Prof. Dr. Charlie Danny Heatubun, S.Hut, M.Si. FLS (Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat), Prof. Jatna Supriatna, M.Sc, Ph.D (Dosen Universitas Indonesia), Rina Kusuma (Manager Program PYM), Ian Immanuel Homer dan Yan Zakeus (Alumni IMP 2020).

Dalam webinar tersebut, Prof. Charlie D Heatubun mengungkapkan bahwa jika dibandingkan dengan koleksi penelitian keanekaragaman hayati di negara tetangga, koleksi informasi dari penelitian di wilayah Papua dan Papua Barat terbilang masih sangat minim.

“Koleksi  keanekaragaman hayatinya kita masih minim jika dibandingkan dengan informasi yang dihasilkan dari penelitian keanekaragaman hayati di negara tetangga kita Papua Nugini atau Australia yang jauh lebih terang benderang. Koleksi keanekaragaman hayati kita ini masih banyak yang belum diketahui, apa sih sebenarnya yang ada di daerah itu, apa koleksi kekayaan hayatinya, floranya, faunanya, budayanya, atau natural story-nya tapi wilayah itu sudah keburu dikapling, ditebang, diambil kayunya, ditebang untuk land clearing, diubah jadi lahan kelapa sawit,” ungkapnya.

Diakuinya, dari segi ilmu pengetahuan, ini merupakan kerugian yang sangat besar.

“Kita tidak tahu apakah di dalam hutan yang ditebang ada potensi tumbuhan obat yang mungkin dibutuhkan terutama di masa pandemic Covid-19 misalnya,” lanjutnya.

Sedianya, pendaftaran Ilmuwan Muda Papua 2021 akan dibuka mulai Juli 2021 dan rangkaian proses kegiatan dilakukan hingga Oktober 2021.

Peserta yang lolos seleksi akan berkesempatan mengikuti serangkaian kegiatan peningkatan kapasitas ilmuwan muda handal antara lain bootcamp riset pengelolaan sumber daya alam dan budaya Tanah Papua, bantuan teknis pelaksanaan pelatihan, mentoring dari peneliti senior, workshop science communication, dan seminar hasil penelitian di Jakarta.

“Program ini khusus mengajak anak-anak muda di Tanah Papua agar lebih kreatif dalam berpikir bagaimana mendorong pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua itu sendiri.

EcoNusa berharap program ini bisa berkontribusi signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia di Tanah Papua dan secara langsung berkontribusi terhadap upaya pembangunan berkelanjutan.

“Kita harus buktikan anak muda Papua tidak kalah dengan anak muda dari wilayah lain. Kita punya sumber daya alam melimpah, kita punya hutan yang luas, laut yang luas. Itu adalah modal kita untuk memajukan Tanah Papua sehingga pengelolaannya bisa kita lakukan sendiri secara bijaksana,” ungkap Bustar Maitar, CEO Yayasan EcoNusa.

BKL

as