Koreri.com, Ambon – Gereja Protestan Maluku (GPM) Hative Besar Klasis Pulau Ambon Utara resmi menggelar Persidangan Jemaat ke 37 yang diawali dengan ibadah, Minggu (5/2/2023) pagi.
Ibadah itu sendiri dipimpin Pendeta Ari Maitimu.
Sementara Sidang Jemaat ke 37 yang berlangsung di gedung Gereja Bethesda ini dibuka secara langsung oleh Majelis Pekerja Klasis Pulau Ambon Utara Pdt. Ny. Yos Tomatala yang ditandai dengan penekanan tombol pembukaan sidang.
Hadir pada acara pembukaan, Kepala Pemadam Kebakaran dan Penyelamat Kota Ambon Edwin Pattikawa, Pejabat Negeri Hative Besar J. Nuansa Sangadji, para Kepala SD yang ada di Hative Besar dan peserta sidang.
Ketua Panitia Persidangan Jemaat ke 37 Jemaat GPM Hative Besar, Erik Hitalessy dalam laporannya menyebut bahwa sidang diikuti oleh 150 peserta pada 6 sektor pelayanan.
Dikatakan, Sidang Jemaat ke 37 ini merupakan agenda tahunan GPM yang bertujuan untuk mengevaluasi dan menelaah program pelayanan dan anggaran tahun 2022, sekaligus menyusun dan menetapkan program pelayanan dan anggaran audiensi belanja jemaat Hative Besar selama 2023.
“Maka itu dengan momen seperti ini bukan untuk beradu argumentasi dan keegoisan, tetapi untuk terobosan dan memperbaiki kelayanan Jemaat sesuai dengan Motto GPM “Aku Menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan,” tukasnya.
Majelis Pekerja Klasis Pulau Ambon Utara, Pdt. Ny Yos Tomatala dalam arahannya saat membuka sidang Jemaat Hative Besar menekankan soal kesadaran untuk membangun Gereja yang memiliki ketahanan dan daya juang demi kualitas hidup bersama di tengah pergumulan pandemi Covid-19 dan transformasi digital.
“Di tahun ini, kita akan melanjutkannya dengan memperkuat gereja dan pembangunan demokasi serta hidup bersama yang berkelanjutan ditengah perubahan zaman,” tekannya.
“Tema maupun sub tema kita adalah inspirasi teologi guna memperkuat komitmen iman untuk secara bersama mewujudkan misi Allah melalui penetapan berbagai keputusan dalam persidangan gerejawi,” sambungnya.
Pdt. Ny Yos memastikan GPM akan melakukan evaluasi pada sejumlah keputusan di 2022 dan akan menetapkan berbagai program/kegiatan dan anggaran untuk tahun pelayanan 2023 dalam gumulan bersama GPM di tengah-tengah problematika bergereja dan berbangsa tidak saja perjalanan di lima tahun kedua, tetapi juga menuju satu abad pada 2035 mendatang.
Diakuinya, ada sejumlah problematik yang perlu ditangani secara serius oleh gereja bersama semua pihak yakni bencana alam dan non-alam, angka kemiskinan yang masih tinggi dan ancaman resesi ekonomi, kerusakan ekosistem dan ancaman wabah, pluralism agama dan budaya, serta transformasi digital yang mengancam pertumbuhan dan perkembangan moral masyarakat.
“Secara khusus, di Kota Ambon masalah sampah dan kekerasan terhadap anak dan perempuan,” bebernya.
Tentunya, setiap jemaat punya catatan tentang problematikanya dan telah berpengalaman menghadapinya dengan memaksimalkan berbagai potensi yang dimiliki sebagaimana mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) pengembangan pelayanan jemaat 2021-2025.
Pdt. Ny Yos pun berharap dikembangkan program/kegiatan tahunan yang dapat menjadi solusi penanganan berbagai problematik yang dihadapi.
Pembangunan jemaat dengan memaksimalkan potensi sumber daya umat haruslah dilakukan dengan senantiasa memperhatikan kondisi riil pelayanan, data Menejemen Sistem Informasi Pelayanan Terintegrasi (MSIPT) dan Rekon Keuangan dalam keutuhan RENSTRA serta dinamika.
“Menjadi gereja yang kuat haruslah bersumber pada yang kuat spiritualitas/iman Kristen yang dibangun mulai dari keluarga,” tandasnya.
Seharusnya, semua segmen bina umat (SM-TPI, Katekisasi, AMGPM/Mahasiswa, Laki-laki dan Perempuan, Warga GerejaSenior, Warga Binaan di Lapas/Rutan, dl) haruslah berkontribusi bagi penguatan spritualitas keluarga.
“Karena itu sangatlah penting melaksanakan BINAKEL dan membangun “rumah doa” dalam keluarga guna membentuk karakter Kristiani,” tambahnya.
Dalam kaitan itu, pelayanan kepada kelompok bina umat; SM-TPI, Katekisasi, dan AMGPM yang mencapai lebih kurang 70 persen dari 32.872 jiwa di KPAU, sangatlah strategis. Inilah fokus pembangunan jemaat di KPAU menghadapi perubahan dan berbagai krisis kehidupan yang akan terus dialami.
Keluarga yang memanfaatkan modal spiritualitasnya akan terus produktif menghasilkan kebaikan dalam tutur kata dan tindakan, juga terus memberdayakan potensi diri dan potensi alam.
“Kita tahu bersama di tahun 2023 disebut sebagai tahun politik menuju pesta demokrasi tahun 2024, dimana akan dilakukan Pemilu/Pilkada secara serentak sesuai agenda yang telah ditetapkan untuk memilih anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota pada 27 November 2024. Bersikaplah kritis terhadap realitas politik serta mendorong etika politik yang melayani,” pungkasnya.
JFL