Koreri.com, Biak – Perayaan 50 Tahun Emas Gereja Pentakosta di Papua (GPDP) berlangsung di Kabupaten Biak Numfor.
Diawali dengan Temu Raya Peria yang dilaksanakan oleh Badan Pekerja Daerah (BPD) GPDP bertempat di GOR Biak, Jumat (18/10/2024).
Parade Jubelium 50 tahun emas GPDP sendiri dilaksanakan setelah dua hari yang lalu dilaksanakan Ibadah KKR dan diskusi panel.
Parade 50 tahun emas ini diikuti sejumlah klasis GPDP se-Tanah Papua dengan titik kumpul di taman tifa dan taman Merah Putih Ridge Biak Numfor.
Selanjutnya pada pukul 09.00 WIT dilakukan parade melalui Ridge Brambaken hingga memasuki GOR. Saat memasuki GOR digelar pernyataan yel-yel per Klasis yang dinilai dewan juri.
Ketua Sinode GPDP Pdt. DR. Roberth Marini, M.Th, setelah dikonfirmasi menjelaskan Temu Raya Peria ini adalah program dari BPD Sinode Papua yang melayani Provinsi Papua.
Dan perayaan kali ini sungguh sesuatu yang luar biasa karena memang Peria adalah persekutuan kaum pria GPDP yang terstruktur di sinode disebut Departemen Peria sedangkan di daerah disebut Biro Peria.
“Kali ini Temu Raya Peria ini adalah satu bagian pelayanan yang luar biasa yang adalah tiang-tiang gereja yang mana lewat kegiatan ini materi-materi yang telah mereka terima itu dapat membuat mereka lebih giat lebih kuat lagi dalam melayani Tuhan,” ungkap Pdt Robby
Dikatakan, Jubelium 50 tahun ini menandai usia GPDP melayani di Papua.
Ini menjadi momen perdana dan semua bersyukur Provinsi Papua mengadakan Jubelium di Kabupaten Biak.
“Hari ini saya bisa bilang secara de facto gereja ini sudah ada sejak 19 Mei 1950 yang mana waktu itu masih dalam Kerajaan Belanda Papua disebut sebagai Netherlands New Guinea dan para pemimpin pada saat itu membangun gereja dengan nama de Pinksterkerk te Nederland Nieuw Guinea dan mereka telah membuat surat untuk meminta ijin dan pada saat itu Gubernur Belanda di Nederland Nieuw Guinea telah memberi tanda tangannya langsung untuk gereja ini. Tapi secara de jure, secara hukum gereja ini baru ada sejak Papua masuk ke Indonesia baru tahun 74 gereja ini berdiri secara de jure (secara hukum) dan hari ini dari tahun 1974 – 2024 genap 50 tahun,” bebernya
“Hari ini tahun emas, kami bersyukur kepada Tuhan untuk apa yang telah dibuat para pendiri Bapak Amos Numberi, Bapak Imanuel Wanggai (sorong) tak lupa seorang rasul Papua yang membawakan Gerakan Pentakosta tahun 1948 Pdt. Jonathan Itaar bersama istri dan anak-anak juga kepada para pejuang Injil yaitu orang-orang tua kami yang telah menghidupkan kembali gereja ini yang sempat stagnasi. Dimana mereka telah menghidupkan gereja ini yaitu Pdt. Andreas Ayomi, Pdt. Otniel Manrini dan teman-temannya,” imbuhnya.
Pdt. Robert, berharap GPDP di usia yang ke 50 tahun ini mau menata kembali gereja ini baik dari organisasinya hingga sistem di dalamnya dan juga sistem pelayanan. Juga menata kembali sistem ekonomi hingga sosial budaya,
“Kita bersatu dengan mengangkat budaya lokal kami dalam peribadatan kami, dan ini satu hal yang menjadi harapan kedepan dengan terus memenangkan banyak jiwa untuk dapat mengenal Yesus dan melihat Papua sebagai rumah doa dari Tuhan Yesus,” tandasnya.
Di acara ini, total yang ikut terlibat sekitar 15 klasis GPDP.
Kemudian di hari yang sama juga, di daerah-daerah yang lain juga mengadakan pelayanan GPDP Papua Barat di Prafi, Wamena Papua Pegunungan dan di Wasior.
Di Kota Sorong, bergabung Klasis Maybrat termasuk Klasis Kabupaten/Kota Sorong juga sedang merayakan.
“Jadi semua sedang merayakannya,” tukas Pdt. Robby
HDK