Tokoh Agama di Kasonaweja Ramai-ramai Palang Bandara, Ternyata Ini Pemicunya

IMG 20241029 WA0022

Koreri.com, Kasonaweja – Sejumlah tokoh agama di Kabupaten Mamberamo Raya, Papua menghebohkan publik.

Bersama Badan Pekerja Klasis Mamberamo, para tokoh agama itu melakukan aksinya memalang bandara hingga menyebabkan aktivitas penerbangan lumpuh total, Senin (28/10/2024) pagi.

as

Ternyata aksi ini dipicu setelah 2 Pendeta dari Sinode GKI di Tanah Papua yang hendak berangkat dari Sentani ke Kasonaweja untuk memimpin ibadah Injil Masuk di Tanah Kawera yang ke 70 tahun sekaligus menjadi pemateri dalam kursus dasar pengasuh gagal berangkat.

Keduanya tidak mendapatkan seat penerbangan.

IMG 20241029 WA0023Akibatnya menimbulkan kekecewaan dari Badan Pekerja Klasis Mamberamo dan kemudian melakukan pemalangan.

Aksi pemalangan tersebut menyebabkan penerbangan ke dan dari Bandara Kasonaweja terhenti.

Sejumlah penumpang dan pihak maskapai mengalami penundaan penerbangan akibat aksi pemalangan ini.

“Hari ini saya selaku Ketua Klasis GKI Mamberamo turun dan memerintahkan agar kami Jemaat GKI Efata Kasonaweja bersama seluruh hamba Tuhan melakukan pemalangan bandara ini. Karena ini bandara milik gereja tetapi selama ini yang terjadi kami hamba-hamba Tuhan dan orang gereja tidak diprioritaskan mendapatkan seat penerbangan untuk semua maskapai,” beber Ketua Klasis Mamberamo Pdt. Marion Mansay, MTH, di sela-sela aksi pemalangan.

Bahkan, dua Pendeta dari Sinode GKI yang akan berangkat dari Sentani untuk memimpin ibadah dalam rangka HUT Injil Masuk di Kasonaweja dan menjadi pemateri kursus pengasuh pun tidak diberangkatkan dengan pesawat Susi Air.

“Makanya kami kecewa dan melakukan pemalangan,” tegasnya.

Ketua Klasis mengaku jika selama ini pihaknya baik dari hamba Tuhan maupun pimpinan gereja selalu mengalami kesulitan untuk mendapatkan penerbangan dari Sentani ke Kasonaweja maupun sebaliknya karena banyaknya calo-calo tiket di bandara.

Padahal Bandara Kasonaweja ada milik gereja namun selama ini pihaknya tidak merasa ada prioritas.

“Bandara Kasonaweja, Kapeso dan Dabra itu milik gereja, tetapi selama ini tidak ada satu regulasi yang mengatur retribusi atau pemasukan bagi kami pihak gereja, dan tidak ada keberpihakan terhadap kami. Bandara ini dibuat dengan tujuan kemanusiaan supaya ada warga jemaat yang sakit bisa tertolong dalam pelayanan, tetapi selama ini jauh dari yang kami harapkan,” bebernya lagi.

Di kesempatan itu, Ketua Klasis GKI Mamberamo meminta Pemda menertibkan calo-calo yang menjual tiket pesawat Susi Air maupun maskapai penerbangan lainnya yang melayani masyarakat Mamberamo baik di bandara Kasonaweja maupun di Sentani.

Dengan demikian harga tiket yang berlaku sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

“Kami Gereja juga mengharapkan kepada Pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan harus duduk bersama agar status bandara ini jelas dan juga agar ada retribusi kepada kami pihak gereja. Semua calo yang menjual tiket dengan harga tinggi agar bisa ditertibkan. Bila perlu semua petugasnya diganti baik yang di Sentani maupun di Kasonaweja agar ada pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Dan kita harapkan harga tiket baik subsidi maupun reguler ditempelkan di bandara supaya informasinya bisa jelas untuk diketahui masyarakat,” tandas Ketua Klasis.

Setelah melalui negoisasi yang dipimpin Kapolsek Mamberamo Tengah Iptu. Isak Kyeuw – Kyeuw dan Kasat Intel Polres Mamberamo Raya Iptu Yuan CH. Rumsarwir, SE, bersama Badan Pekerja Klasis Mamberamo akhirnya bandara Kasonaweja kembali dibuka dengan syarat 2 pendeta utusan Sinode GKI harus diberangkatkan dari Sentani ke Kasonaweja agar dapat melaksanakan tugas pelayanan di Mamberamo Raya.

NAP