Koreri.com, Ambon – Anggota DPR RI Saadiah Uluputty menyatakan mendukung penuh atraksi “Baku Pukul Manyapu” dari Negeri Mamala dan Morella, Kabupaten Maluku Tengah dijadikan sebagai kegiatan nasional.
Hal itu disampaikankannya seusai menyaksikan atraksi tersebut di Negeri Morella, Rabu (17/4/2024).
“Sebenarnya ini sudah harus diusulkan oleh Pemerintah provinsi ke pusat agar menjadi kegiatan nasional,” ujar Saadiah kepada sejumlah awak media di Morela.
Dikatakan, untuk masuk kalender kegiatan nasional, atraksi ini sudah harus diusulkan dari bawah yakni dari Pemerintah provinsi, sehingga dukungan anggaran dan sarana prasarana yang diperoleh juga besar.
“Jadi bukan saja kegiatannya besar di lokal, tetapi juga di kalangan nasional dan jadi sebisanya dari pusat juga mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini,” sambungnya.
Di kesempatan itu, Saadiah menekankan pentingnya mengangkat kebudayaan lokal seperti atraksi “Baku Pukul Manyapu” ini menjadi bagian dari ajang Nasional karena dapat memperkaya dan memperluas cakupan kebudayaan Indonesia di mata dunia.
Mengingat, atraksi pukul sapu lidi ini merupakan warisan budaya yang unik dan menarik, yang memang pantas untuk dijadikan bagian dari kegiatan nasional
Karena itu, Saadiah mendorong Pemprov Maluku untuk segera mengajukan usulan resmi kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi guna memasukkan atraksi “Baku Pukul Manyapu” ke dalam daftar kegiatan budaya nasional yang didukung oleh Pemerintah pusat.
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung dan memperjuangkan keberagaman budaya Indonesia. Dengan mengangkat atraksi Baku Pukul Manyapu ini sebagai kegiatan nasional, kita dapat menghargai dan memperkuat keberadaan budaya-budaya lokal di seluruh Nusantara,” tandasnya.
Atraksi “baku pukul manyapu” sendiri sudah menjadi tradisi turun-temurun sejak tahun 1646, yang dilaksanakan setiap tujuh hari setelah Lebaran.
Pada pelaksanaannya, para peserta yang merupakan pemuda Morella dibagi dalam dua kelompok atau regu.
Tiap regunya berjumlah minimal 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah atau biasa disebut dengan.
Sebelum para pemuda ini masuk arena, mereka terlebih dahulu menjalani ritual adat di baileo (rumah adat) oleh tua-tua adat.
RLS