Koreri.com, Langgur – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia kini mulai berdampak secara luas.
Dan dampak dari menyebarnya virus mematikan itu kini dirasakan masyarakat yang hidup bermukim di Kepulauan Kei baik Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dan Kota Tual.
Masyarakat Kei di Kabupaten Malra, yang tersebar di dua wilayah yaitu Kei Besar dan Kecil begitu merasakan dampaknya akibat kondisi ekonomi yang mulai terpuruk semenjak adanya maklumat maupun instruksi Pemerintah kepada masyarakat untuk tetap berdiam di rumah.
Kondisi ini mengakibatkan keresahan di kalangan masyarakat terkait ketahanan pangan untuk beberapa bulan kedepan.
Tak mau terpuruk dengan keadaan, masyarakat di beberapa ohoi (desa) sejak Maret lalu mulai melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan.
Enbal dan Sagu merupakan pilihan bagi masyarakat perkampungan untuk saat ini dalam mempersiapkan ketahanan pangan beberapa bulan kedepan.
Pantauan media ini, masyarakat di Ohoi Namar dan Lairngangas mulai melakukan kegiatan secara bergotong royong untuk pengadaan pangan lokal seperti pengolahan sagu yang merupakan pangan lokal khas di Maluku.
Masyarakat terlihat berkelompok, yang terdiri dari keluarga, adik, kakak, sepupu satu maupun beda marga bersama-sama dan gotong royong mengolah sagu yang rata-rata ada di dusun milik perorangan.
Dari proses awal dari pemotongan bahan dasar pohon sagu sampai mendapatkan bahan sagu mentah yang tinggal di olah sebagai pengganti beras.
Bahkan kepala kedua ohoi pun terlibat langsung bersama warga masyarakat dalam pengolahan pangan lokal tersebut.
Kepala Ohoi Namar Antonius Sirwutubun SIP yang ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini, membenarkan itu.
Dikatakan, warga masyarakat bergotong royong mengolah sagu mulai dari proses awal sampai selesai bersama-sama dan sudah dimulai sejak beberapa hari lalu hingga saat dirinya diwawancarai.
“Saya bersama dengan keluarga besar, kami bergotong royong saling membantu dalam proses pembuatan sagu dari awal sampai selesai. Kami melalui seluruh proses pembuatannya,” akuinya.
Sirwitubun mencontohkan, dirinya bersama warga melakukan kegiatan pangkur sagu secara bergilir.
“Jadi, satu keluarga melakukan prosesnya selama beberapa hari, setelah itu baru keluarga lainya. Dan kami laksanakan sampai hari ini,” bebernya.
Dijelaskan Sirwutubun, banyak masyarakat sudah berpikiran untuk mulai serius dalam hal pengadaan bahan pangan lokal.
“Intinya, sebagai upaya ketahanan pangan apabilah pandemi ini terus berlanjut,” sambung dia.
Sirwitubun menambahkan dengan adanya pandemi virus Corona ini, telah mengajarkan banyak hal termasuk bagaimana memanfaatkan pangan lokal yang telah diwariskan leluhur.
“Harapan saya supaya masyarakat memanfaatkan dusun tanamannya seperti sagu dan embal untuk pangan setiap harinya dan untuk bekal beberapa bulan kedepan dalam menghadapi kondisi dan situasi saat ini,” pungkasnya.
DWS