Koreri.com, Sentani – Masyarakat adat Suku Sasak di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat menganugrahkan “Keris Pusaka” kepada Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, SE, M.Si.
Apresiasi ini diberikan atas upaya tak kenal lelah dari orang nomor satu di negeri berjuluk Kenambai Umbai ini memperjuangkan hak-hak masyarakat adat setempat.
Pemberian anugrah “Keris Pusaka” ini sebenarnya diawali kejadian unik.
Siaran pers yang diterima Koreri.com, Kamis (17/11/2022) menyebutkan, saat itu komunitas masyarakat adat Suku Sasak mendengar informasi kehadiran Bupati Jayapura di Lombok, NTB dalam dalam rangka melaksanakan agenda kerjanya. Dan mereka pun berusaha untuk bertemu.
Usai menyelesaikan agenda kerjanya, Senin (14/11/2022), Bupati Mathius langsung menyempatkan diri makan bersama masyarakat adat Suku Sasak Pulau Lombok pada salah satu restoran di kota itu.
Kejutan langsung dibuat masyarakat adat Suku Sasak secara spontan.
Tak terbayangkan sebelumnya, anugrah “Keris Pusaka” langsung diserahkan masyarakat adat Suku Sasak kepada Bupati Jayapura dua periode ini mengawali acara makan siang bersama.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada Bupati Jayapura karena telah berjuang mempertahankan jati diri masyarakat adat di Papua, dan juga menitipkan masyarakat adat Suku Sasak NTB yang ada di Papua.
Masyarakat adat Suku Sasak setelah pulang dari mengikuti Kongres Masyarakat adat Nusantara VI, 24 – 30 Oktober lalu telah mencermati dinamika perubahan yang terjadi di komunitas masyarakat adat yang ada di Kabupaten Jayapura.
Masyarakat adat Suku Sasak menilai apa yang dilakukan Bupati Jayapura sebagai hasil sebuah perjuangan panjang yang memberikan dorongan kepada masyarakat adat di dunia.
Masyarakat adat di Kabupaten Jayapura telah membuat suatu pondasi yang kokoh secara regulasi untuk mempertahankan sistim adat-istiadatnya, mempertahankan nilai-nilai budayanya untuk anak cucu
Ketua Adat Sasak H. Lalu Wiratmaja (Mamik Ngoh) saat penyerahan “Keris Pusaka” menyampaikan pesan menyentuh.
“Pemberian Keris ini adalah sebagai simbol kebersamaan suatu ikatan sesama masyarakat adat dalam mempertahankan keaslian kita. Bahwa perjuangan mempertahankan budaya adalah perjuangan kita bersama,” pesannya.
RIL