as
as

Bersahabat di dalam Sebuah Konflik atau “Conflict as an Ally”

Oleh Rudi Toba - Penulis buku, staf pengajar dan pemerhati kehidupan sosial

Grey White Elegant Vintage Drama Movie Poster 750 × 450 piksel

Kita tentunya banyak mendengar cerita dari kitab suci tentang sikap bijaksana Raja Salomo yang amat terkenal, utamanya pada caranya mengatasi konflik dua Ibu yang memperebutkan satu bayi. Keputusannya untuk membagi dua bayi yang diperebutkan agar secara adil diterima oleh kedua belah pihak yang berseteru malah ditolak oleh Ibu bayi yang sesungguhnya.  Ibu bayi tersebut tahu jika itu dilakukan maka perseteruan itu pada akhirnya tidak akan menghasilkan apa-apa.  Raja Salomo sendiri ketika mendapatkan kesempatan untuk meminta sesuatu kepada Tuhan, Ia hanya meminta agar diberikan kebijaksanaan.  Salomo tahu bahwa bijaksana merupakan sebuah syarat keahlian yang perlu dipenuhi oleh seorang Raja untuk dapat memimpin rakyatnya menuju pada kemakmuran.  Masih lekat diingatan kita pada beberapa tahun silam saat Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam sudut pandang yang berbeda ketika berkompetisi untuk kursi Kepresidenan.  Hari ini kita semua dapat melihat perdebatan itu menghasilkan sebuah persekutuan bukan perseteruan, setelah Prabowo Subianto memutuskan berkoalisi dengan kubu Joko Widodo.  Apakah ini artinya salah satu kalah dan kemudian yang lainnya menang pada keputusan koalisi ini?  Anda masing-masing dapat menjawabnya, namun kualitas pemerintahan yang dihasilkan oleh adanya koalisi ini akan memberikan bukti atas kemenangan bersama.  Poin pentingnya adalah dapat dibuktikan bahwa konflik yang terkelola secara baik pada akhirnya akan menghasilkan sekutu.

Ilustrasi lainnya adalah bayangkan anda mengutus empat orang untuk melihat sebuah rumah dari keempat sudutnya yang berbeda dan meminta mereka memberikan pendapat tentang rumah tersebut.  Tentunya pendapat mereka tentang rumah tersebut akan bervariasi tergantung dari sisi sudut yang dilihatnya. Ini akan kemudian berbeda ketika anda meminta keempat orang tersebut berotasi untuk melihat seluruh sudut rumah dan menyampaikan pendapatnya.  Dalam keseharian ilustrasi rumah dengan keempat sudut pandang yang berbeda juga menimbulkan konflik atau perdebatan dalam kehidupan kita.  Baik itu di lingkungan pekerjaan maupun sosialisasi di tengah masyarakat, yang mana hal tersebut umumnya terjadi oleh karena tidak cukup dalam mengkomunikasikan perbedaan.  Agaknya terlalu extrim untuk membayangkan jika ilustrasi rumah tadi kemudian melahirkan konflik dan perseteruan hingga melahirkan kerugian materi dan moril. Namun hal tersebut mungkin saja terjadi bila pengelolaan konflik tidak secara baik dilakukan.  Itulah mengapa pengelolaan konflik di masa kini menjadi kompetensi yang tidak terpisahkan bagi bagi para pemimpin kita juga yang akan berlaga di kontestasi pemilu mendatang.  Dampak yang dapat ditimbulkan bukan hanya bagi pribadi calon pemimpin yang berkontestasi, namun dapat menciptakan konflik dengan skala yang lebih besar bagi pengikutnya.

as

Lebih jauh mari kita bersama melihat bagaimana sebuah konflik dapat dibuat menjadi sesuatu yang bernilai positif, bahkan dengan konflik dapat menciptakan sebuah persekutuan dan bukan menjadi perseteruan dengan hasil yang negatif.  Konflik pada umumnya lebih banyak dikonotasikan sebagai sesuatu hal yang negatif, sehingga bagi kebanyakan orang merupakan hal yang perlu dihindari.  Tidak dapat dipungkiri dan menjadi kenyataan dalam kehidupan masa kini jika konflik dapat membuat hubungan yang sebelumnya baik menjadi rusak.  Terlepas dari hal tersebut konflik sesungguhnya ditinjau dari sisi lain bila dikelola secara baik akan malah dapat menciptakan hal yang positif bahkan sekutu baru.

Dengan mengelola konflik secara baik, sesungguhnya dapat memberikan obyektifitas:

  • Membawa orang keluar dari zona nyaman dan lebih memotivasi oleh karena kesempatan mencoba cara atau hal yang baru
  • Lebih mendalami perbedaan untuk hal positif yang dapat dihasilkan dengan mendebat pemikiran orang lain
  • Mengajak orang lain berpikir dari sisi perspektif dan sudut pandang yang berbeda
  • Mempertanyakan pendapat atas sebuah keyakinan pada sebuah sikap atau pola hidup yang meskipun sudah dilakukan sejak lama, namun tidak lagi sinkron dengan asas kehidupan masa kini.  Dalam hal ini berpikir pada orientasi melakukan sesuatu yang membawa manfaat.
  • Menghilangkan sisi negatif dari sebuah rencana oleh keterlibatan pihak lain mengargumentasikan keputusan.

Meskipun demikian, bagi kebanyakan orang di masa kini lebih cenderung menghindari konflik dibandingkan mengelolanya dengan tujuan mendapatkan nilai lebih dari sebuah konflik atau argumentasi yang dilakukan.   Bagi Sebagian besar orang juga merasa perlu menghindari konflik oleh karena berpikir pada akhir suatu masa bila tidak dapat mempertahankan argumentasinya akan dianggap kalah atau menyerah pada lawan.

Untuk dapat mengelola konflik secara baik, perlu diketahui lebih awal mengapa konflik lebih banyak dihindari dibandingkan mendapatkan pengelolaan.  Beberapa alasan diantaranya:

  • Argumentasi dianggap akan merusak suasana hati seseorang
  • Menambah beban pikiran pribadi atau orang lain sebagai lawan debat
  • Kebanyakan larut dan melibatkan emosional, sehingga akan lebih banyak berdampak terhadap motivasi dan menurunkan efektifitas kerja
  • Tidak ingin mendengarkan fakta yang buruk tentang diri sendiri maupun kelompoknya
  • Tidak ingin memperdengarkan fakta yang buruk terhadap lawan debat
  • Pengalaman buruk di masa lalu yang menciptakan traumatik sendiri pada sebuah konflik
  • Menghasilkan dua sisi berbeda, yaitu dengan anggapan ada yang menang dan ada yang kalah
  • Hubungan tidak akan seperti sediakala oleh karena kebanyakan rusak akibat konflik dan memerlukan banyak waktu untuk memperbaikinya
  • Bagi yang tidak pandai mengelola konflik akan menganggap memperdebatkan sesuatu adalah hanya membuang waktu serta energi sementara pada akhirnya akan menciptakan sebuah penyesalan.

Dengan mengetahui alasan-alasan tersebut di atas, maka sebenarnya dapat kemudian teridentifikasi juga apa yang perlu dilakukan agar konflik mendapatkan pengelolaan secara baik untuk kemenangan bersama. Jika kita dapat mengkonversikan konflik menjadi sebuah alat positif, maka kita akan memiliki sebuah skill kepemimpinan dan manajerial yang hebat.  Yaitu dengan bagaimana menggunakannya untuk mencapai sebuah kata sepakat tanpa ada makna kalah atau menang dalam sebuah pertentangan pendapat.

Beberapa tips yang dapat dilakukan dalam sebuah konflik dengan tujuan menghasilkan hal yang positif:

  • Fokus pada masalah yang nampak dan fakta yang ada serta memisahkannya dari personalitis seseorang.  Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah dengan mengesampingkan personalitas atau karakter lawan bicara, sehingga argumentasi hanya akan berada pada konteks fakta persoalan.
  • Menjelaskan pada awal tahapan diskusi jikalau nantinya terdapat ketidaksetujuan maka itu hanya semata-mata dari sisi sudut pandang,
  • Menerangkan sejak awal jika pendapat lawan bicara akan diperdebatkan dan dengan tujuan pokok mencapai hasil yang lebih baik pada kedua belah pihak.
  • Menyatakan sejak awal kepada lawan debat bahwa tidak selalu ada kesempurnaan dan selalu harus terbuka untuk pendapat positif dan mau secara bersama melihat pada poin-poin yang sifatnya konstruktif untuk pencapaian kesuksesan bersama
  • Ketika meletakkan lawan debat pada posisi yang berseberangan, maka selalu ada upaya untuk mengajaknya mengkoreksi argumentasi kita secara bersama.  Misalnya dengan mengatakan “pendapat saya adalah sebaiknya kita memilih jalan ini, namun tolong koreksi atau masukan jika ini memiliki sisi negatif dari sudut pandang anda”.
  • Meminta ijin untuk membantah pendapat lawan debat dengan mengajaknya melihat dari sisi yang berbeda, ini menunjukkan sebuah hal penting tentang mendebat tanpa merendahkan.
  • Menerangkan ketidaksetujuan dalam sudut pandang yang sehat, yaitu dengan menjelaskan ketidaksetujuan pada poin yang benar-benar esensial pada fakta persoalan dan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas keberanian untuk mendebat dan mengajak melakukan hal yang serupa di masa mendatang untuk sebuah kesuksesan bersama.
  • Memberikan penjelasan kepada lawan bicara bilamana argumentasi mereka cukup kuat maka anda dapat saja merubah pendapat.  Sampaikan juga bilamana anda juga telah mempersiapkan ruangan untuk kompromi bilamana argumentasi mereka menunjukkan manfaat lebih.
  • Menetapkan atau menjabarkan pokok persoalan yang dalam situasi sedang diperdebatkan, jika memungkinkan menyebutkan solusi awal yang menurut anda cukup dekat untuk mencapai kata mufakat bagi kedua belah pihak.  Hal ini akan mengurangi banyak energi yang terbuang untuk hal-hal yang tidak esensial untuk diargumentasikan.  Selain itu akan menjaga argumentasi tetap pada pokok fakta persoalan yang dihadapi.
  • Mengesahkan poin-poin kesepakatan dan menyampaikan jika perbedaan adalah hal yang lumrah dan umum untuk di perdebatkan sepanjang tujuan yang dicapai untuk hal yang positif bagi kedua belah pihak.

Dalam keseharian, kita sesungguhnya dapat mendeterminasikan posisi kita masing-masing apakah sebagai bagian dari persoalan atau sebagai bagian dari solusi.

Jika kita memposisikan diri sebagai bagian dari persoalan, maka sebuah masalah akan tetap ada tanpa ujung penyelesaian.  Belum begitu banyak dari kita yang berpikir untuk menjadi bagian dari solusi atas sebuah permasalahan.

Argumentasi yang timbul lebih banyak ditonjolkan untuk promosi diri dan kehebatan dalam memenangkan perdebatan.  Pandangan lebih banyak diarahkan pada semakin panjang argumentasi akan menunjukkan kehebatan, apalagi dibarengi dengan menunjukkan kekalahan pihak lawan debat.  Anda sesungguhnya memiliki kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin masa depan bilamana dapat bertindak bijaksana dalam menilai sebuah persoalan, mengambil alih tanggung jawab dan memformulasikan sebuah solusi untuk kemenangan bersama.  Mari untuk selalu dapat bersahabat dalam konflik dengan mencoba mengimplementasikan poin-poin di atas mulai dari lingkungan terkecil keluarga, pekerjaan dan kehidupan sosialita kemasyarakatan.  Semoga tahun politik yang akan kita hadapi berjalan dengan aman, nyaman dan merupakan sebuah sarana untuk kemenangan bersama melalui kampanye “bersahabat di dalam konflik – conflict as an ally”.

 

as