as
as
Fokus  

MRP Minta Pelaku Insiden Mamberamo Raya Dipecat

MRP Insiden Mamberamo Raya

Koreri.com, Jayapura – Anggota Pokja Perempuan Majelis Rakyat Papua wilayah adat Tabi mengaku prihatin atas insiden kesalahpamahan antara oknum anggota Satgas Pamrahwan Yonif 755/Yalet dan anggota Polri yang mengakibatkan 3 anggota Polres Mamberamo Raya meninggal dunia.

“Saya sangat menyesal kenapa bisa terjadi bentrok TNI-Polri hanya karena masalah sepele mengakibatkan nyawa melayang,” heran Maria Rofek kepada wartawan di Jayapura, Selasa (14/4/2020).

Ia meminta Kapolda Papua dan Pangdam XVII/Cenderawasih untuk memproses pelaku insiden Mamberamo Raya sesuai prosedur hukum yang berlaku dan transparan.

“Kami minta pelaku harus dipecat dari kesatuan TNI karena ini perbuatan yang tidak manusiawi, apalagi yang meninggal anggota polisi OAP,” desak Maria.

Ia mengaku pernah mendampingi anak OAP saat mengikuti tes masuk Polisi dan TNI karena sangat sulit.

“Anak – anak OAP susah sekali masuk polisi maupun tentara baru kenapa dalam peristiwa ini 3 orang sekaligus yang ditembak mati,” sesal Maria dengan raut wajah sedih.

Diharapkan proses hukum tetap dilanjutkan, bila perlu keluarga korban juga ikut menyaksikan proses terhadap para pelaku.

“Supaya ada rasa kepuasan, saya seorang mama sangat tersentuh sekali dengan peristiwa ini apalagi keluarga korban,” akuinya.

Sekali lagi, kata Maria, pelaku harus dipecat dari kesatuan supaya jadi pelajaran dan efek jera buat yang lain.

“Selama ini polisi dan tentara di Kasonaweja selalu akur tapi kenapa bisa terjadi seperti begini, sebenarnya ada apa?” kembali sesalnya.

Kasus ini harus diungkap biar publik tahu kenapa bisa terjadi bentrok TNI-Polri hanya karena masalah ojek.

“Oleh karena itu, pelaku harus di pecat dan proses hukum harus transparan ke publik,” katanya.

Maria minta kerjasama sinergitas TNI – Polri yang bertugas di Kabupaten Mamberamo Raya supaya tidak terulang lagi insiden seperti ini.

Senada juga ditegaskan Yakonias Wabrar Anggota Pokja adat utusan wilayah Sarmi – Mamberamo.

Ia mengaku prihatin dengan insiden kesalahapaman TNI – Polri yang sangat bertantangan dengan adat suku kaweran Mamberamo Raya.

Menurut Yakonias, insiden Mamberamo Raya ini karena masalah piring makan tukang ojek mengakibatkan bentrok antara TNI – Polri.

“Dalam adat kami suku kaweran Sarmi – Mamberamo Raya tidak bisa baku bunuh hanya karena masalah minta makan,” bebernya.

Dikatakan, peristiwa Kasonaweja ini menjadi guru yang terbaik agar kedepan TNI – Polri tetap solid dan sinergitas menjaga masyarakat Mamberamo Raya.

“Penembakan ini bukan baru pertama kali di Mamberamo Raya tapi sudah ketiga kali, sehingga kedepan tidak terjadi lagi untuk hindari pikiran buruk masyarakat terhadap negara,” cetusnya.

Yakonias juga meminta pelaku insiden Mamberamo Raya diberikan sanksi tegas karena telah melakukan perbuatan melawan hukum.

“Kami minta dengan peristiwa ini jadi pembelajaran bagi yang lain, bila perlu para pelaku dibuka pakaian (pecat, red) dari kesatuan supaya jadi pelajaran buat teman – teman yang bertugas di Mamberamo atau tempat lain, harus laksanakan tugas tentara dengan baik dan benar,” tegasnya.

OZIE

as