Koreri.com – Saat ini saya memiliki sebuah mobil jip dengan usia usur model Land Rover Series 2 yang diproduksi pada tahun 1948 yang mana saat membeli dari tangan penjual memang sudah berganti mesin dengan berbahan bakar solar. Sepertinya oleh alasan orderdil land rover usia usur yang makin sulit di cari membuat penjual kemudian menggantikan jantung pacu mobil menjadi bermesin solar yang sebelumnya memang bermesin bensin. Mesin berbahan bakar solar atau dikenal dengan mesin diesel di masa-masa awal ini berbeda dengan spesifikasi mesin diesel terkini yang diciptakan bertujuan lebih efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar, bertenaga, minim getaran, tetap nyaman dan lebih ramah lingkungan.
Tipe mesin diesel terbaru ini umumnya di kenal dengan model common-rail injection atau injeksi rel bersama dimana prinsip injeksi bahan bakar ke dalam ruang bakar melalui sistim penghasil tekanan yang ditempatkan terpisah dari injector itu sendiri. Yaitu sebelum solar masuk ke injektor yang terhubung dengan ruang bakar, akan terlebih dahulu disalurkan melalui jalur yang dipakai bersama (fuel rail) dengan tekanan tinggi dan waktunya dikontrol oleh komputer mobil. Ini amat berbeda dengan metode pembakaran pada mesin solar terdahulu dengan bahan bakar yang langsung dipompakan ke masing-masing injektor pada setiap ruang bakarnya.
Sistim injeksi rel bersama pada model mesin diesel terbaru ini memungkinkan penggunaan atau komposisi bahan bakar dikontrol secara sebih baik melalui penambahan peralatan instrumentasi pengatur waktu semprotan, besaran tekanan dan volumenya sehingga proses pengkabutan bahan bakar akan baik dan merata dan tujuan efisiensi penggunaan bahan bakar dan pengurangan emisi dapat tercapai secara lebih baik. Dengan teknologi komputerisasi pada kendaraan, emisi gas buang dapat pula dikontrol secara baik oleh karena memungkinkan gas buang untuk diseleksi dan dikembalikan ke ruang bakar hingga dicapai nilai level aman untuk dilepaskan ke udara.
Teknologi mesin model common-rail diesel ini harusnya sejalan dengan program mengatasi emisi dan menghasilkan penggunaan bahan bakar untuk lebih ramah terhadap lingkungan. Hal ini tentunya juga sejalan dengan program penggunaan sumber energi terbarukan melalui bahan bakar bio-diesel yang tidak hanya mengurangi exploitasi alam pada bahan bakar fosil dan dampak negatifnya terhadap lingkungan, namun juga oleh karena tingkat kandungan sulfur dapat ikut ditekan oleh karena metil ester asam lemak atau FAME (Fatty Acid Methyl Ester) pada bio-diesel.