Koreri.com, Jayapura – Pak Mahfud MD biasanya kalau dalam keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam kami memanggilnya kakanda (sebutan untuk senior atau alumni HMI), tapi hari ini saya dengan tulisan ini ingin menyapa beliau dengan Pak Menteri saja karena kapasitas beliau sebagai Menkopolhukam.
Pak Menteri yang terhormat.
Langsung saja, saya bukan orang asli Papua, namun jika ditanya soal kadar cinta saya untuk Papua maka saya pastikan tidak ada alat yang mampu mengukur kedalaman cinta saya buat tanah damai ini.
Maka berdasarkan cinta itu pula saya memohon kepada Pak Menteri, jika ingin membersihkan Bumi Cenderawasih ini dari oknum-oknum koruptor maka tolonglah di bersihkan sebersih-bersih mungkin, seserius membersihkan tangan dengan alkohol ‘100’ persen dari virus Covid-19.
Mohon untuk tidak meninggalkan noda setitik pun bagi kami jika ingin nawacita pemerintah benar-benar terwujud di tanah Papua.
Mohon untuk lebih berempati terhadap kami yang ada di Papua.
Tidak perlu banyak adu argumentasi di media-media jika kemudian sudah ada bukti kongkrit terkait kasus-kasus korupsi di bumi Cenderawasih ini, langsung tunjukan saja bukti-buktinya karena hanya itu yang ingin dilihat masyarakat Papua yang selalu jadi korban keserakahan koruptor saat ini.
Saya memahami bahwa ini merupakan persoalan jarak, namun seperti yang Pak Menteri sampaikan beberapa waktu lalu ke media bahwa korupsi yang terjadi di Tanah Papua sesungguhnya sudah sangat parah dan mengkhawatirkan, maka saya pikir jarak sudah bukan lagi masalah besar sehubungan dengan pembersihan virus korupsi di Tanah Papua.
Ya, virus korupsi, virus yang lebih jahat dari semua virus bahkan virus HIV-AIDS atau Covid-19 sekalipun.
Pak Firli Bahuri yang juga kami hormati.
Saya dari dulu sering sekali mengkritik kebijakan institusi yang bapak pimpin terkait konsistensinya.
Faktanya, banyak sekali kasus-kasus korupsi skala besar maupun kecil yang sampai saat ini entah didiamkan atapun tidak digubris walau berkali-kali institusi yang bapak pimpin ini sering dimandikan dalam kritikan pedas.
Sejujurnya, hari ini saya sangat mengapresiasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang entah kebetulan atau tidak, sudah memperhatikan suara saya lewat tulisan-tulisan sebelumnya (10/08/2022) soal 10 kasus korupsi besar di Tanah Papua.
Sekali lagi, hari ini saya ingin memohon lewat surat ini kepada Bapak selaku pimpinan lembaga anti rasuah negara ini, jika ingin melakukan pembersihan dan memutus mata rantai korupsi di Tanah Papua, tolong dilakukan dengan sangat serius dan tanpa pandang bulu.
Ingat Pak, jutaan rakyat Papua sudah lama menantikan hari ‘Pembebasan’ ini karena Tete, Nene, Pace, Mace, Diks and Kaks, Oom dong semua yang ada di Tanah Papua, sudah sangat menderita akibat ulah oknum-oknum koruptor tersebut.
Sudah puluhan tahun Bumi Cendrawasih menikmati ratusan triliun dana otsus tapi uang-uang tersebut tidak sampai kepada masyarakat, melainkan masuk ke kantung pribadi oknum-oknum koruptor tersebut untuk mendukung gaya hedon mereka.
Satu hal lagi, tolong jaga wibawa institusi negara dan jangan mau diarahkan atau diatur serta di permainkan oleh oknum-oknum koruptor tersebut.
Bawa dan periksa mereka yang disangkakan di kantor KPK tanpa opsi melakukan pemeriksaan di tempat lain.
Sekali lagi, tolong ajari mereka aturan hukum dan segera bersihkan Papua dari oknum-oknum koruptor sebersih-bersih nya tanpa satupun noda yang tertinggal.
Sekian surat cinta ini, saya mewakili semua saudara saya yang sudah menjadi korban di Tanah Papua dan jangan lupa buang jauh-jauh pepatah Papua “Bicara Lain, Latihan Lain, Main Lain, Hasil Lain lagi” dari prinsip utama lembaga yang Bapak Pimpin.
Salam bersih-bersih dari Bumi Cenderawasih.