Koreri.com, Jakarta – Pernyataan pengacara Lukas Enembe, Dr. Stefanus Roy Rening S.H., MH di acara Rosi KompasTV beberapa waktu lalu bahwa di “Papua Simpan Uang 1 Miliar di Rumah, Biasa,” membuat publik di Papua pun bertanya-tanya.
Seorang rekan bertanya, “pace bicara barang itu benar kah atau asbun (asal bunyi – red)?”
Setelah sekian lama mencoba memaksakan diri untuk menerima pernyataan tersebut, tapi pada akhirnya kami sepakat untuk ‘tidak sepakat’ dengan pernyataan itu.
Ya, sepakat untuk tidak sepakat!
Suatu pernyataan yang tegas dari kami untuk tidak membenarkan pernyataan tersebut dan membiarkan publik yang menilainya sendiri menurut versi masing-masing.
Kata “Papua biasa …” dimana kata ‘biasa’ pada kalimat itu, kami anggap mengacu ke banyak orang yang melakukannya.
Karena ‘biasa’ mengacu ke banyak, maka asumsi kita selain mengarah ke pengusaha, juga jatuh pada pegawai negeri atau swasta yang memiliki penghasilan tetap dengan besaran gajinya.
Logika sederhananya Rp 1M dibagi saja langsung dengan 12, maka kita dapatkan angka Rp 83,3 juta per bulan. Kalau dibagi 13 (+bulan ke-13) maka nilainya Rp 76,9 juta per bulan.
Anggaplah upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp 20 juta, maka Rp 20 juta x 13 bulan adalah Rp 260 juta per tahun. Butuh berapa lama menabung tanpa membelanjakan gaji anda untuk dapatkan Rp 1M supaya bisa disimpan di rumah?
Dengan demikian, maka pernyataan itu kami anggap sesat kalau dikatakan “Papua biasa …” karena untuk mendapatkan Rp 1M untuk disimpan di rumah berarti harus korupsi (jalan pintas perkaya diri).
Kita tinggalkan matematika sederhana tersebut.
Logika kedua, kenapa uang Rp 1M itu harus disimpan di rumah? Jawaban sederhananya adalah mungkin karena uang itu untuk keperluan emergency (mendesak) dan situasi tertentu menurut definisi yang menyimpan uang-uang itu.
Tapi bagi kami, ceritanya tidak sesederhana itu. Kami menduga ada kong kali kong transaksi kontan dan Komisi Pemberantasan Korupsi sangat memahami kemana arah cerita itu.
Intinya, simpan 1 miliar di rumah itu bertolak belakang dengan prinsip-prinsip keamanan, kepraktisan, manajemen keuangan pribadi dan setidaknya mobilitas finansial perbankan dan jaringannya di era digital apalagi buat seorang dengan pangkat setinggi Lukas Enembe.
Ada-ada saja!
Silahkan anda putuskan sendiri apakah sang pengacara berkata jujur kepada publik?
Konten Khusus – Redaksi Koreri