as
as
as
Opini  

Penerbangan Menjadi Urat Nadi Tanah Papua

Oleh : Willem Wandik S.Sos (Anggota Komisi V DPR RI)

Willem Wandik Komisi V DPR RI

Koreri.com – Seperti yang kita ketahui, kondisi geografis Tanah Papua sebagian besar masih memiliki wilayah tutupan hutan yang cukup besar, bentangan pegunungan besar terhampar begitu luas, sehingga Pulau Papua dapat disebut sebagai “Benua Kecil” di wilayah Pasifik, sebab Pulau Papua memiliki luasan 785 ribu km persegi, dan bagian dari Indonesia mencapai 418 ribu km persegi.

Tantangan yang dihadapi di Tanah Papua, adalah aksesibilitas terhadap pusat pemerintahan (Kabupaten/kota/distrik/kampung) yang belum memadai, Jalur Jalan Nasional, provinsi dan kabupaten, masih banyak yang belum terhubung.

as

Padahal eksistensi sebuah negara itu dipengaruhi oleh “seberapa besar layanan pemerintahan dan aktivitas ekonomi” suatu masyarakat dapat di akses.

Selama bertahun tahun lamanya, bahkan sejak era misionaris masuk ke berbagai wilayah terisolir di Tanah Papua, jalur transportasi penerbangan menjadi “sarana” terpenting dan vital bagi upaya mengakses wilayah pelayanan di Tanah Papua.

Oleh karena itu, upaya untuk menjamin “operasionalisasi penerbangan” yang aman, tertib, zero accident, dan juga berbiaya murah, menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pelayanan penerbangan di Tanah Papua.

Peran BMKG dalam dunia penerbangan di Tanah Papua pun menjadi sangat vital dan fundamental.

Kami menaruh kepercayaan “trust” dan juga titipan amanah kepada BMKG wilayah kerja Sentani, Jayapura, agar aspek peningkatan sumber daya manusia (skill, pengetahuan, pengalaman, keterampilan), resources peralatan, dan juga dukungan pendanaan yang telah Komisi V DPR RI berikan melalui hak budgeting di Parlemen RI bersama mitra kerja kami di Pemerintah pusat, agar terus ditingkatkan dari sisi kualitas pelayanannya.

Bagi kami yang menjadi perwakilan Parlemen RI, sangat menghargai hasil kerja keras kolega kami di BMKG yang telah menyediakan analisis data cuaca yang dapat menjamin keselamatan penerbangan di Tanah Papua.

Selain kami berkedudukan sebagai “pengawas pelaksana tugas pemerintah”, juga dalam hal posisi kami sebagai bagian dari “elemen” masyarakat pengguna jasa penerbangan di Tanah Papua, mewanti wanti kepada semua stakeholder yang bertanggung-jawab, untuk menerapkan SPM (standar pelayanan minimum) penerbangan yang zero accident.

Tidak ada toleransi terhadap kesalahan analisis data cuaca, karena itu menyangkut nyawa banyak orang di atas Tanah Papua.

Kami berharap melalui Diklat yang diselenggarakan dalam bentuk sekolah lapang meteorologi penerbangan yang diselenggarakan oleh BMKG kelas 1 Sentani Jayapura ini, dapat dihasilkan sumber daya manusia yang profesional, kredibel, bekerja dengan sungguh sungguh, “adaptable” terhadap perubahan iklim/cuaca yang dapat menggangu keamanan dan keselamatan penerbangan di Tanah Papua.

Akhir kata dari kami, selamat melaksanakan kegiatan Diklat sekolah lapang meteorology penerbangan, semoga Tuhan menyertai upaya terbaik kita semua.

Wa Wa, Wainambe, Jou Sumba, Tabe, Tabea, Matur Nuwun, Horas, Ya’howu..

(Salam Representasi Nusantara)

RIL

as

as