Koreri.com, Ambon – Peringatan empat tahun pengakuan Ambon sebagai kota kreatif berbasis musik oleh UNESCO, atau Ambon City of Music digelar Pemerintah setempat, Selasa (31/10/2023) malam.
Acara tersebut diinisiasi Dinas Pendidikan bersama AMO bertempat di SMP Negeri 15 Ambon.
Peringatan yang berlangsung sederhana namun semarak ini, diisi dengan Festival Musik Etnik oleh beberapa sekolah di Kota Ambon, yang menjadi piloting kurikulum musik sebagai muatan lokal.
Kepala SMPN 15 Ambon Rachel Dadiara, S.Pd di sela-sela kegiatan mengatakan, membangun Ambon dalam branding City of Music tidaklah mudah, namun harmonisasi menjadi kata kunci utama dalam mensukseskannya.
“Maka dari itu, kita SMP N 15 Ambon sudah melakukan pemberlakuan kurikulum musik ini sejak penerbitan peraturan Pemerintah Kota Ambon tentang musik ini dari tahun 2021. Jadi kurikulum ini sudah berdampak positif bagi kita SMP 15 Ambon, seperti keadaan yang di lihat saat ini,” terangnya.
Dadiara menyatakan dukungan penuh atas pelaksanaan peringatan 4 tahun pengakuan Ambon City Of Music.
“Intinya kita SMP Negeri 15 Ambon mendukung penuh dan tetap berpacu pada kurikulum tradisional. Dan yang sudah kita terapkan di kurikulum musik tradisional ini adalah musik jukulele, musik hawagan, suling bambu, rebana, totobuang dan juga tipa dan ini terlaksana secara kontinu,” sambungnya.
Bahkan kaitannya dengan pengakuan itu, dua monumen telah dibangun. Monumen Kunci G dibangun sejak 2022 dan sedangkan untuk monumen Jukulele ini baru diselesaikan namun belum sempat diresmikan.
“Jadi langkah strategis kita untuk Ambon sebagai Ambon City Of Music yaitu kita tetap melaksanakan kurikulum musik secara kontinu dalam lembaga pendidikan,” lanjutnya.
Dadiara menambahkan, musik juga berdampak pada lingkungan anak sekitarnya.
“Maka dari itu saya berharap bagi orang tua dan juga bagi para guru agar bersama-sama bisa terus mendukung semua ini agar anak bisa lebih giat dalam mengembangkan talenta-talenta mereka,” pungkasnya.
JFL
