Koreri.com, Timika – Sebuah rekaman suara seorang oknum yang diduga berprofesi sebagai wartawan di Kabupaten Mimika, Papua Tengah kini viral hingga menghebohkan publik setempat.
Rekaman suara berdurasi 1,26 menit yang direkam pada Sabtu (12/4/2025) siang itu belakangan diketahui adalah suara oknum wartawan berinisial IR yang sementara berdialog dengan rekannya yang diduga juga seprofesi menggunakan telepon seluler.
Adapun isi dialog tersebut lebih kurangnya seperti ini,
Wartawan : Bagaimana? Bagaimana?
Oknum wartawan IR : TKP kah?
Wartawan: Bagaimana?
Oknum wartawan IR : Bilang Robert dan Ko Chang kasih uang supaya malam katong pigi menyanyi-menyanyi sedikit dulu.
Wartawan : Ah, kamu dua su bikin masalah besar begini bagaimana. Kamu dua juga coba begitu bangun komunikasi dulu dari awal kah, baru kamu dua bikin gerakan lumbung itu kah, s*t*n kamu dua, su***gi.
Oknum Wartawan IR : Yang hajar (berita, red) ini kaka tua.
Wartawan : Jadi begini saya kasih tahu kamu dua mulai sekarang stop kasih naik barang (berita, red) itu lagi. Tunggu saja proses hukum jalan baru saya bilang iyo buat kamu dua.
Oknum Wartawan IR : Oke sah! Terakhir siang ini soalnya sudah janji dengan Razman Nasution.
Wartawan : Razman Nasution b*ta h*r*f itu untuk apa? Dia bahaya apa? Laki-laki pengacara t**i itu mau bikin apa pakai dia. Gue nggak pakai dia. Oke begitu sudah nanti baru saya sampaikan.
Oknum Wartawan IR : Komunikasi tempo sudah !
Viralnya rekaman itu kemudian ditanggapi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Papua Tengah.
Direktur YLBH Papua Tengah Yoseph Temorubun dalam keterangannya, Minggu (13/4/2025) mengecam keras perbuatan tidak terpuji oknum wartawan yang diduga mencoba memeras Kepala Dinas PUPR Mimika dan kontraktor.
Dugaan pemerasan tersebut dengan cara meminta uang seraya mengancam.
Yoseph mengklaim dugaan pengancaman dilontarkan jika permintaannya tidak dipenuhi, maka oknum wartawan tersebut akan mempublikasikan berita terkait Kasus Dugaan Korupsi PON XX Cluster Mimika.
“Kami YLBH Papua Tengah mengecam keras oknum wartawan gelap itu yang selama ini tampil menggunakan label dia sebagai wartawan untuk memeras kepala-kepala dinas hingga kontraktor,” tegasnya.
Yoseph kemudian menjelaskan modus yang sering dipakai yaitu ketika mulai disinyalir ada dugaan perbuatan tindak pidana korupsi maka mereka (oknum wartawan, red) kemudian memanfaatkan itu. Bahkan meski tidak ada indikasi juga, para oknum ini sering memanfaatkan segala macam cara untuk meneror.
“Jadi, oknum wartawan gelap ini beralibi bahwa kepala dinas dan kontraktor ini terlibat korupsi sehingga mereka memeras dengan meminta sejumlah uang. Padahal sebenarnya kasus itu tidak ada,” sambungnya.
Yoseph juga mengaku tak kaget lagi karena publik selama ini disuguhi dengan pemberitaan-pemberitaan yang memang disinyalir adalah ulah dari oknum wartawan gelap untuk meneror kepala dinas dan kontraktor.
“Sudah banyak pejabat yang akhirnya mengeluarkan keluh kesah kepada kami YLBH Papua Tengah dan bahkan kami juga mendapat info dari beberapa teman-teman wartawan tentang ulah oknum wartawan gelap ini,” ujarnya.
“Saya minta publik harus berhati-hati terhadap sepak terjang oknum wartawan seperti ini karena selalu menggunakan media untuk meneror dengan segala macam cara, alibi, kebohongan dan segala tipu daya,” imbuh Yoseph.
Ia kemudian mengingatkan bahwa media adalah pilar demokrasi keempat. Dimana sebagai pilar demokrasi, media melaksanakan tugas mulia untuk mencerdaskan anak bangsa, memberitakan hal-hal yang sifatnya independen dan terpercaya.
“Bukan malah sebaliknya memanfaatkan kapasitasnya sebagai wartawan untuk meneror sehingga sangat berbahaya bagi perjalanan demokrasi,” tegasnya.
Dewan pers sudah pernah memberikan sanksi berkaitan dengan pemberitaan dia oknum wartawan gelap tersebut yang tidak akurat dan bertindak berimbang tanpa melakukan konfirmasi kepada narasumber lain dalam perimbangan berita.
“Saya sebagai direktur LBH Papua Tengah meminta kepada kontraktor maupun Kepala Dinas OPD bersangkutan untuk melaporkan kepada kepolisian dan dewan pers,” katanya.
Untuk itu, Yoseph mendorong para pihak yang merasa dirugikan untuk segera melapor ke Dewan Pers dan Kepolisian setempat agar memproses persoalan ini.
Sementara itu, oknum wartawan IR yang dikonfirmasi Koreri.com, Minggu (13/4/2025) sore membenarkan bahwa itu adalah suaranya dalam rekaman itu.
Namun ia mengklarifikasi bahwa dialog dalam rekaman itu hanya iseng-iseng sebatas candaan diantara sesama rekan wartawan.
“Tapi kenapa bisa direkam dan kemudian di buang ke grup WA sampai viral seperti ini? Saya sangat menyesalkan hal ini karena malah membuat gaduh di publik padahal itu cuma iseng-iseng saja,” sesalnya.
IR juga menegaskan tidak pernah memeras Kepala Dinas PUPR Mimika Robert Mayaut dan kontraktor Bos Chang.
“Sementara bahasa di rekaman itu iseng saja,” kembali tegasnya meluruskan rekaman yang terlanjur viral itu.
IR juga mempertanyakan apa niat dari rekan kuli tinta yang merekam menyebarkan. Padahal mereka hanya bercanda.
“Saya pikir kami hanya iseng – iseng di telepon ternyata teman diam-diam merekam. Kami akan lapor ke polres karena yang model begini bisa mengganggu kamtibmas,” pungkasnya.
EHO