Koreri.com, Jayapura – Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) di Papua kembali berulah.
Seseorang yang mengaku bernama Sabby Sambon dan menyatakan dirinya sebagai juru bicara KKSB, konon kabarnya saat ini yang bersangkutan berkedudukan di Vanuatu kembali menyebarkan isu hoaks yang belakangan viral di media sosial.
Berita hoaks yang dilontarkan, telah terjadi kontak tembak di Nduga antara aparat keamanan TNI/Polri dan gerombolan KKSB hingga menimbulkan jatuh korban di pihak aparat keamanan.
Menurut Sabby yang disebar melalui medsos, KKSB telah melancarkan serangan malam pada Selasa (26/2) pukul 23:20 WIT waktu Ndugama.
Terjadi kontak senjata di Distrik Yal Kabupaten Nduga, Papua antara KKSB dengan militer dan polisi Indonesia.
Klaimnya, kontak senjata antara KKSB dengan militer Indonesia berlanjut hingga Rabu pagi (27/2).
Dalam pernyataannya, laporan ini telah dilaporkan langsung oleh Komandan Operasi TPNPB KODAP III Ndugama Pemne Kogeya dari Wilayah Konflik Perang di Ndugama, dan Komandan Operasi TPNPB KODAP III Ndugama Pemne Kogeya melaporkan ke Markas Pusat KOMNAS TPNPB bahwa sampai hari ini, 27 Februari 2019 kontak senjata masih sedang berlangsung.
Dan pagi ini pukul 07.30 WIT satu unit helikopter berwarna putih sedang masuk ke Distrik Yal untuk evakuasi korban penembakan anggota militer dan polisi Indonesia.
Selain itu, KKSB juga mengeluarkan ultimatum antara lain “Komandan Pos dan Anggota menurunkan bendera Merah Putih dalam waktu dekat, dan warga sipil non Papua cepat meninggalkan wilayah Nduga, sebelum kami melakukan serangan selanjutnya”.
Menanggapi isu hoaks tersebut, pihak TNI – Polri telah melaksanakan pengecekan langsung di lapangan dan menyatakan bahwa info tentang kontak tembak tersebut adalah hoaks dan tidak mendasar.
Demikian penegasan Kepala Penerangan Kodam XVII Cendrawasih, Kolonel Inf. Muhammad Aidi dalam rilisnya yang diterima media ini, Kamis (28/2).
Fakta yang sebenarnya adalah sekitar pukul 14.40 WIT pada Selasa (26/02) bertempat di Kampung Yal Distrik Yal Kabupaten Nduga, Papua, gerombolan separatis Pimpinan Egianus Kogoya telah melakukan pembakaran satu unit excavator milik PT. Istaka Karya yang sudah tidak beroperasi lagi (rusak).
Sebelum melakukan pembakaran, kelompok KKSB tersebut melepaskan tembakan sebanyak 2 kali dan dalam aksi tersebut sama sekali tidak terjadi kontak tembak apalagi sampai jatuh korban.
“Isu ini sengaja digulirkan oleh gerombolan separatis Nduga untuk menciptakan teror kepada masyarakat setempat,” tegasnya.
Lanjut Aidi, hasil identifikasi aparat keamanan bahwa gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya di Nduga sudah terjepit dan kekurangan bahan makanan karena hampir seluruh kampung sudah dikuasai oleh aparat keamanan.
KSSB selalu menggunakan rakyat sebagai tameng dengan cara mengintimidasi dan memaksa untuk mengungsi.
Kelompok ini juga terus berupaya membentuk opini dengan memutar-balikkan fakta seolah-olah TNI/ Polri yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan isu ribuan rakyat mengungsi dan kelaparan di hutan.
Padahal kehidupan sosial dan roda perekonomian di Kabupaten Nduga berjalan dengan normal.
“Rakyat yang kembali ke kampung pasca terjadinya pembantaian terhadap puluhan Karyawan PT. Istaka Karya pada 2 Desember 2018 lalu telah mendapatkan perlindungan dan bantuan bamak serta layanan kesehatan dari aparat keamanan maupun Pemerintah Daerah setempat,” cetusnya.
Kembali menanggapi ultimatum KKSB, Aidi menegaskan Kabupaten Nduga adalah bagian dari wilayah kedaulatan NKRI sebagaimana wilayah lainnya di seluruh Nusantara.
“NKRI tidak akan mundur apalagi tunduk hanya karena adanya ultimatum dari kelompok gerombolan separatis. TNI dan Polri akan memberikan perlindungan keamanan kepada seluruh warga negara Indonesia termasuk di Nduga,” tegasnya.
Oleh karenanya, pihaknya menghimbau kepada seluruh warga sipil terutama di Nduga agar tidak takut terhadap ancaman dari gerombolan separatis tersebut karena memang tujuan mereka menciptakan keresahan dan rasa takut kepada masyarakat.
Namun seluruh warga harus tetap waspada dalam melaksanakan aktivitas dan selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan.
Warga Masyarakat harus aktif untuk menjaga keamanan lingkungan secara swadaya dan memberikan informasi kepada aparat keamanan tentang kedudukan dan aktifitas gerombolan Separatis.
“Negara Republik Indonesia akan tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur di Nduga untuk mejamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tak terkecuali di daerah pedalaman Papua termasuk di Nduga. TNI akan menambah pasukan untuk mengamankan proses pembangunan tersebut,” tukasnya.
VDM